Gus Dur, Antara Realitas politik dan Penyelamatan Bangsa

Written By roinah on Friday, December 9, 2011 | 4:05 AM

Apa yang akan dilakukan oleh Abdulrachman Wahid sewaktu diangkat menjadi presiden adalah cita-cita menyelamatkan bangsa dan membesarkan bangsa Indonesia. Ada momentum untuk mengatur cita-cita tersebut, tetapi memang kemampuan untuk mengatur negara ini tak dipunyai oleh Gus Dur. Lebih-lebih karena ada pihak-pihak yang sengaja menghancurkan pemerintahannya, mungkin untuk menyelamatkan diri dari berbagai kasus korupsi, mungkin juga karena memang ingin merebut kekuasaannya. Ada banyak kelemahan Gus Dur disamping kesehatan yang kurang baik dan cacat tidak mampu melihat, pernah terkena stroke 2 kali menunjukkan cacat besar. Dan memang seharusnya ia tidak diangkat menjadi presiden meskipun kecerdasannya tak diragukan, ia sangat cerdas dan sangat berkemauan baik bagi bangsanya.

Kesulitan bangsa ini sudah sangat besar dan sangat berlipat-lipat , sehingga sangat sulit bagi Gus Dur untuk memecahkannya. Cara berpikir Pak Kyai sangat sederhana dan bagaimana mungkin cara berpikir demikian mampu menandingi lawan-lawan politiknya? Pada awal pemerintahannya, pemerintah luar negeri banyak yang memberikan dukungan, kaum profesional di negeri ini mau mendukung, beberapa pengamat politik luar negeri sangat antusias mendukung. Gus Dur dikenal sebagai Kyai yang Pluralis dan Humanis.

Barangkali itulah modal besarnya, kemudian dukungan rakyat kecil dan kelompok minoritas. Tetapi dukungan politik belum tentu, politikus atau elite politik mungkin melihat kepentingan politiknya,kepentingan golongan dan juga kepentingan pribadi.Ada juga dugaan pola berpikir akan keinginan membesarkan nama bangsanya dan menjadi TOKOH dunia, misalnya menjalin hubungan dengan Israel yang belum waktunya, membentuk Forum Pasifik Barat yang bukan prioritas dan banyak hal kontra produktip dilakukan tanpa melihat kenyataan. Maksud utama menjalin hubungan dengan Israel ialah agar bisa mendamaikan Palestina, tanpa perdamaian dipastikan penderitaan rakyat Palestina tak terpecahkan.

Penulis sangat mendukung Gus Dur dan sangat setuju dengan ideologi besarnya, tetapi cara mengatur atau management pemerintahan sangat lemah, tidak ada prioritas, tidak ada sistimatika, tidak ada organisasi canggih yang mendukungnya. Jadi pembelaan kelompok pendukungnya , kelompok cendekiawan yang menginginkan perbaikan dinegeri ini gagal total. Realitas politik memang begitu, perjuangan politik adalah perjuangan berat dan membutuhkan energi besar, dana besar dan sumber daya manusia yang memenuhi syarat.

Salah satu kelemahan Gus Dur ialah penggalangan kawan politik yang sangat diabaikan, mungkin kesalahan ini disebabkan PERCAYA DIRI yang kelewat besar dan keinginan atau ambisi yang kelewat tinggi. Belum waktunya bagi Gus Dur untuk menandingi tokoh dunia macam Lee Kuan Yew, atau tokoh dunia lainnya. Yang harus dibentuk ialah menjadikan dirinya TOKOH nasional yang berhasil menyelamatkan negara ini. Banyak hal dihabiskan untuk hal-hal kecil yang bukan prioritas, mempermainkan jurus-jurus kembangan yang tak perlu dan tak menuju sasaran. Ibarat main silat, jurus-jurus yang dimainkan ialah jurus-jurus indah tetapi tidak mematikan. Katakanlah bagaimana ia menggusur Jenderal Wiranto, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa Jenderal Wiranto masih tetap orang yang disegani dikalangan TNI atau institusi TNI tetap tidak bisa diatur oleh Panglima Tertinggi, suatu jabatan FIKTIP kalau tak mampu mengatur TNI.

Apa sebabnya Gus Dur tak mampu mengatur atau menguasai TNI ? TNI atau militer Indonesia memiliki organisasi paling rapi dinegara ini, organisasi yang persiapan sumber daya manusianya hebat dan pendidikan yang diberikan kepada perwira-perwira TNI sangat bagus. Banyak jenderal berpendidikan universitas ternama di luar negeri : beberapa Jenderal adalah alumni Universitas Harvard yang sangat terkenal , belum lagi pendidikan militer di Amerika , Inggris dan beberapa negara lain. Apalagi militer Indonesia dengan Dwi Fungsinya dipersiapkan juga untuk menguasai pemerintahan sipil, mempersiapkan Gubernur, mempersiapkan menteri-menteri, mempersiapkan direktur-direktur BUMN dan juga komisaris-komisaris perusahaan negara maupun perusahaan swasta. Pangkat TNI menengah maupun rendahan juga dipersiapkan
untuk terjun ke pemerintahan maupun sipil: katakankah Hansip, kepala sekuriti perusahaan, bupati, kepala desa dan sebagainya.

Organisasi besar TNI memang luar biasa dan kuat sekali, dengan menguasai banyak perusahaan berarti memiliki dana besar yang memungkinkan digunakan untuk penyelamatan organisasi terhadap gangguan pihak luar. Gus Dur mencoba mengalahkan TNI tetapi cara dan sistimnya tak mungkin memberikan kemenangan kepadanya. Sewaktu Letjen Agus WK mencoba mereformasi TNI dengan mulai memeriksa kasus korupsi di Kostrad, jenderal tersebut mendapatkan perlawanan dari dalam dan beberapa jenderal meminta Gus Dur untuk menggeser Agus WK, disinilah mulai kelemahan Gus Dur tampak dan ia tak memperjuangkan Letjen Agus WK sehingga tersingkir : karirnya habis. Mungkin juga Gus Dur bermaksud memberikan Good Will dengan mengalah dan maksudnya Take and Give, tetapi perjuangan TNI bukan Take and Give, tetapi menyelamatkan jenderal-jenderal yang sudah kaya raya . Seperti juga kesetiaan Jenderal Wiranto kepada keluarga Cendana yang tak akan pupus.

Faktor inilah yang barangkali kurang dipikirkan oleh Gus Dur, bahwasanya ada Jenderal-jenderal yang setia kepada keluarga mantan presiden dan tak rela diadilinya Pak Harto dan keluarganya. Organisasi TNI yang sangat rapi tak mungkin dikalahkan dengan gampang dan saat Gus Dur jatuh terbukti.

Gus Dur juga bermaksud menyeret pentolan-pentolan Golkar dalam berbagai kasus dugaan korupsi. Pengangkatan Jaksa Agung Baharuddin Lopa yang dikenal sangat jujur dan sangat berpengalaman sangat terlambat dan dengan wafatnya Lopa , Gus Dur kehilangan tangan kanan utama. Belum ada Jaksa yang mampu menandingi almarhum Lopa: kompetensi, kejujuran , keberanian dan idealisme.

Lopa akan dikenang sebagai Pahlawan Penegakan Hukum. Pada saat menjelang kejatuhannya , Gus Dur sebenarnya tahu bahwa tak mungkin mengeluarkan DEKRIT , tetapi ia tetap mengeluarkan dekrit sehingga rakyat kecil mengerti bahwa ada sesuatu yang salah. Gus Dur tak mungkin melawan Golkar dengan dana raksasanya, dengan SDM yang luar biasa dan kekuasaan Golkar selama 32 tahun memang benar-benar mengakar. Belum lagi media cetak dan media tv yang digunakan untuk kampanye menjelek-jelekan Gus Dur dan pemerintahannya.

Barangkali dana besar dari lawan-lawan Gus Durlah yang digunakan untuk mengacaukan perekonomian dan keamanan. Bagaimana pula dengan kelompok Poros Tengah yang berhasil mengangkat Gus Dur dan menggusur pemenang Pemilu 1999 dan kemudian keadaan terbalik-balik, yang tadinya didukung kemudian dijatuhkan dan yang tadinya dijatuhkan kemudian didukung sampai menjadi RI 1 : Megawati Sukarnoputri menjadi presiden ke V dengan dukungan militer, Golkar, Poros Tengah dan berbagai atribut yang tak jelas arah dan tujuannya: kalaupun dijelaskan arah dan tujuannya, barangkali kelompok yang nantinya akan dikenal sebagai kelompok mendorong didirikannya negara agama: Neo Masyumi yang tak akan berhenti berjuang kearah RELIGION STATE, kearah negara agama meskipun saat ini sangat terselubung.

Dengan perjuangan akan adanya Wakil Presiden menunjukkan bahwa ada perjuangan pihak
ke-3 dalam mendompleng kejatuhan Gus Dur dan pengangkatan Megawati: suatu kompromi yang barangkali akan menghambat REFORMASI itu sendiri. Dalam jajak pendapat terlihat bahwa sebenarnya mayoritas RESPONDEN menghendaki mantan Menko Polsoskam Jenderal (purn) Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Wakil Presiden: dan pasar menghendaki Jenderal tersebut , jenderal yang pembawaannya sangat simpatik, sangat cerdas dan sangat berpikir positip.

Sayang sekali, permainan politik tetap menghendaki permainan yang merugikan erbaikan ekonomi. Gus Dur pernah mengatakan bahwa rakyat menghendaki Jenderal (purn) SBY sebagai wakil presiden dan memang secara nuchter dan berpikir jernih pilihan Gus Dur sangat baik.

Penulis berkesimpulan bahwa Gus Dur memang harus diganti karena PARADIGMA emerintahan menuntut kemampuan berpolitik, kemampuan menyatukan bangsa dan kemampuan untuk perbaikan ekonomi dan ITIKAD baik saja memang tidak memadai. Tetapi pendapat bahwa IDEOLOGI Gus Dur harus didukung memang harus terus digelindingkan untuk membesarkan bangsa Indonesia dimasa depan. Mudah-mudahan kejatuhan Gus Dur tetap direnungkan, bukan masalah mendukung atau tidak, tetapi masalah penyelamatan bangsa dan dorongan kearah perbaikan menyeluruh, termasuk perbaikan bersikap dalam berpolitik : SEMOGA !!!!!!

DAnishBacklink

0 comments: