Kehadiran GUS DUR yang nyeleneh, vokal, dan kontroversi

Written By roinah on Friday, December 9, 2011 | 3:59 AM

Mengapa begitu banyak orang yang memuja sekaligus menghina beliau, tapi memang beliau benar-benar faham dengan keadaan beliau, bukan lantasan alasan bagi beliau untuk berhenti berjuang karena banyak orang yang telah menghina beliau bahkan ada yang memanfaatkan beliau, tapi santai saja Gus, Tuhan itu adil pada hambanya, entah sampean dihina oleh orang banyak, dimanfaatkan oleh oknum yang tak cukup memiliki ilmu. sang kontrofersial adalah sebutan beliau.Karena beliau selalu memiliki ide yang nyeleneh kata orang-orang.

Apa jadinya NU (Nahdatul Ulama') atau bahkan Indonesia tanpa beliau mungkin tidak sepopuler sekarang, mungkin karena ketika beliau ceramah dimana-mana mesti membawa nama NU dan itu juga yang menjadikan NU terdengar dilalangan nasional maupun Internasional, seandainya pada kecelakaan yang telah dialaminya pada masa kecil menimpanya bersama Abah tercintanya kemudian Gus Dur kecil meninggal, mungkin tak kan pernah hadir The Wahid Institute, PKB, Tokoh Kontrofersi, Presiden ke-4, Ketua PBNU, dan lain-lain.
Sebenarnya saya bukannya terlalu memuji-muji beliau, bukan, namun kenyataanlah yang menyatakannya, masyarakatlah yang mempercayainya, keadaanlah yang menjadikan beliau luar biasa secara pikiran atau spiritual, dunia yang menjadikannya bisa, Tuhan memberinya imbalan atas kerja keras beliau semasa remaja, beliau bukan orang yang luar biasa jika beliau tidak pernah membaca, belajar, berfikir, didikan dari bunda beliau-Ibu Nyai Sholihah- sekaligus dari abah dan kakek beliau. Beliau memang orang biasa yang berpikiran luar biasa.

Setidaknya generasi muda bisa mencontohnya, meskipun tidak harus seperti beliau, tapi meniru saja tidak cukup kita perlu membaca sejarah dan biografi beliau yang telah di tulis oleh Greg Barton, peneliti asal Australia. Perjalanan beliau sejak kecil sudah di tuntut mandiri, meskipun beliau keturunan Tokoh sekaligus Kyai besar bukan lantasan Gus Dur kecil berdiam diri atas perjuangan orang tua beliau, bukan karena 'bukanlah remaja yang mengatakan inilah bapak saya, tetapi seorang remaja mengatakan inilah saya" menurutnya.

Pemikiran gus dur
Saya sering kagum melihat cara Gus Dur memecahkan sebuah masalah yang kelihatannya rumit dengan cara sederhana. Tetapi kadang pula masalah yang menurut banyak orang sederhana, malah di buat rumit oleh Gus Dur. Saya mendapat banyak masukan ketika mendengar ceramah dari beliau atau tulisan-tulisan beliau. Saya yakin Gus Dur akan di kenang sampai beratus-ratus tahun kemudian karena pemikirannya. Begitu juga dengan Fazlur Rahman, Imam Al-Ghozali, Imam Syafi'i, dan deretan penulis dan pemikir besar lainnya.


Membela yang lemah
Bagiku Gus Dur telah banyak membela pihak yang tertindas dan juga kelompok minoritas, terlebih nasrani, lantasan kita sebagai santri bukan lantasan menganggap Gus Dur kafir atau murtad telah keluar dari islam karena membela kaum nasrani, bukan, Gus Dur membela nasrani bukan berarti gusdur nasrani karena itulah nilai-nilai islam yang terlupakan oleh kebanyakan kita tanpa kita sadari, justru seorang islam yang baik adalah yang menolong agama lain tidak hanya membela agamanya sendiri dan merasa sok paling benar dan egois tentang agamanya sendiri, itu telah di ajarkan Nabi tapi sayang kita sering memuja-muja Nabi tapi sedikit menjalankan ajaran nabi. agama islam telah mengajarkan Bertoleransi dan lebih-lebih membela yang lemah tanpa pandang kedudukan, agama, suku, maupun ras.

Beliau juga menjadi jembatan antara kaum tradisionalis dengan moderenis, antara sipil dengan militer, antara minoritas dengan mayoritas, serta antara pemerintah dengan LSM. Dengan posisinya yang demikian, siapa yang bisa mengalahkan dia?

Memang kebanyakan orang lain memandang tindakan Gus Dur itu tindakan yang buruk, tetapi justru mereka yang memandang buruk merekalah yang buruk, mereka yang merasa benar, tapi kenyataannya salah. Mengapa? Karena ilmu yang mereka miliki masih sedikit dan ilmu yang sedikit itu berbahaya. Sedangkan Gus Dur telah memiliki wawasan yang luas dari segi agama, non agama, social, spiritual, dan umum. Tak hanya kajian kitab saja yang pernah beliau pelajari, bahkan karya-karya Das Capital yang ditulis bapak sosialis, Karl Mark, What is tobe Done karya Vladimir Ilyich Lenin, dan Captain's Daughter karya Turgenef. lewat buku-buku inilah yang dapat mengantarkan Gus Dur menjadi pribadi yang liberal dan juga berpengetahuan luas.

Menghargai yang lain
Kata menghargai memang seakan mudah sekali dikatakann tapi jarang orang yang menghargai kelompok lain terutama yang lebih kecil atau tertindas. Memang banyak orang berkata bahwa Gus Dur itu nyeleneh, tapi pada kenyataannya apakah itu benar?, bukannya nyleneh tapi pemahaman kita yang belum sampai atau sempit dalam pemikiran. Seperti contoh pandangan nyleneh beliau adalah dalam kasus Salman Rusdhie dengan The Satanic Verses (Ayat-ayat setan)-nya, terbit di London 1987. di kala hampir semua umat Islam di seluruh dunia mengecam buku ini, Gus Dur justru menganjurkan umat Islam untuk membaca novel karya Salmam Rushdie tersebut.

Banyak tokoh-tokoh ulama menentangnya tapi berbeda dengan Gus Dur yang kebetulan seorang putra seorang Kyai besar kelahiran Jombang yang sama sekali tidak menentang dengan keberadaan novel tersebut. Kemudian rahasia apa yang kemudian menjadi sejarah kita, seba
gai umat manusia kita pasti tidak menolak agama kita menjadi bahan pelecehan, namun beberapa tahun kemudian banyak malah umat nasrani yang semakin belajar tentang islam, ironisnya kita yang beragama islam rasanya enggan sekali untuk mempelajari agama lain.

Beliau pernah mengkritik dalam sela-sela pembicaraannya, "saya tidak mau orang ngomong tanpa tahu masalahnya. Ada orang yang anti komunisme tanpa mengerti komunisme itu apa. Ada yang anti neo liberalisme tanpa tahu liberalisme itu apa. Itu kan kebodohan."

Dari sinilah kita bisa mengintrospeksi atas tindakan dan kritik Gus Dur untuk bangkit dari keterpurukan kita selama ini, bahkan berabad-abad kita merindukan kedatangan kejayaan kita. Tanpa adanya pemikiran dan tindakan maka mustahil kejayaan akan kita peroleh. Tidak sedikit orang yang merasa bingung dengan tindakan Gus Dur, bila tanpa adanya penafsiran dari kita.

Menurut pandangan penulis Gus Dur bukan mencari sensasi atau popularitas dengan pendapatnya, atau asal asalan membela, sekali lagi bukan, Gus Dur jauh-jauh sebelumnya telah memikirkannya bahwa menghargai pendapat orang lain bukanlah hal yang mudah lebih-lebih ketika menyangkutkan masalah agama dan menjelekkannya.
Setidaknya kita juga bisa berpikir dari sebuah kritikan dan cacian, memang terasa pedih ketika agama kita yang kita cintai kemudian dihina habis-habisan. Allah juga berfirman "terkadang sesuatu yang kita benci baik bagi kita dan juga terkadang hal yang kita suka malah buruk bagi kita"

Dari situlah kita bisa tahu tentang kedewasaan pemikiran Gus Dur yaitu tidak mudah menyalahkan, tidak mudah egois ketika agamanya di hina, menghargai yang lebih lemah, dan berwawasan serta berpandangan luas. Penulis tidak terlalu memuji-muji atas prestasi Gus Dur, namun itulah adanya maka kita perlu belajar banyak dari Gus Dur. Meski secara fisik Gus Dur kurang mendukung, tapi ketika menginjak masalah pemikiran dan keintelektualan, tidak sedikit tokoh-tokoh dunia yang mengakuinya sebagai master of brain.
Bukan hanya itu saja, Beliau tidak pernah melarang untuk menghargai orang, sebesar atau sekecil apapun. Mungkin sejak dari kecil keluarga beliaulah yang telah menanamkan rasa tenggang rasa dan saling menghargai, ayah beliau KH. Wahid Hasyim, meski telah meninggal ketika beliau masih kecil juga menjadi insprasi beliau untuk modal kehidupan Gus Dur kecil mendatang.

Sehingga tidak mengherankan jika sejak kecil telah terrekam nilai-nilai keadilan ditengah keluarganya. Missal saja ketika Gus Sholah, Gus Hasyim, Dan Gus Dur Bunda beliau tidak membeda-bedakan yang manakah yang harus di utamakan dalam keluarga, meski kadang anak pertama yang diutamakan. tapi bagi Nyai Sholihah (Ibu Gus Dur) semua sama.

Misal ketika banyak-banyaknya tokoh-tokoh agama melarang pemikirannya Ulil Absar Abdalla tentang Islam Liberal, lagi-lagi Gus Dur pun hadir untuk mendukung tanpa menyalahkannya terlebih dahulu dan merasa lebih benar dan lebih besar, bukan. Memang jarang kita temukan di tanah air kita sosok seperti Gus Dur yang begitu Nyeleneh dan vokal. Penulis berharap semoga lahir kembali sosok Gus Dur jilid dua.
Beliau bukannya menyesatkan pemikiran Ulil Abshar Abdalla tapi beliau menghimbau masyarakat agar menghargai pendapat orang lain, tak perlu merasa paling benar. Bahkan kita bisa belajar dai Ulil tanpa menghujat pemahaman baru, semakin kita banyak belajar kita akan semakin tahu, dan ketika semakin tahu maka tidak mudah menyalahkan orang lain. Ini juga menjadi bukti tentang keluasan ilmu Gus Dur.


Mengutamakan nilai kemanusiaan
Gus Dur lebih mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, ketimbang nilai-nilai keagamaan, dalam berinteraksi dengan umat agama yang lain. Karena lagi-lagi Gus Dur memang sangat demokrasi dalam setiap langkah beliau. Sedangkan pelopor pembaharuan Islam Indonesia Ahmad Wahib mengatakan : "tidak banyak pemikir Islam yang menaruh minat pada banyak hal sekaligus tanpa kehilangan kedalaman dan orisinilitas. Dalam hal ini, mungkin hanya Abdurrahman Wahid yang melebihinya"

Tak menyerah dengan kritikan
Mungkin ini kelemahan dari Gus Dur, terkadang Gus Dur tak mempan terhadap kritik dan kurang sabaran. Tokoh-tokoh NU yang dekat dengan Kyai Wahid mengatakan bahwa perbedaan terbesar antara Kyai Wahid dan Gus Dur adalah kesabaran. Kyai Wahid dan Kyai Hasyim Asy'ari sangatlah sabar dan ini berbeda jauh dengan Gus Dur yang tidak sabaran. Tapi bagi saya kelebihan Gus Dur sangatlah banyak dibandingkan dengan kekurangannya.
Sepedas apapun kritikan yang beliau terima beliau selalu tertawa, seakan beliau senjata ini tak mempan lagi. Meski demikian beliau juga menerima saran kepada orang-orang tertentu. Begitu menurut pendapat dari saudara-saudara beliau.

Bagaimana memahami pemikiran Gus Dur
Menurut Areif Hakim, bahwa untuk memahami pemikiran Gus Dur ada tiga kunci yang harus di perhatikan liberalisme, demokrasi, dan universalisme. Sehingga kita tidak heran dengan pendapat-pendapat Gus Dur dan kita bisa memakluminya. Artinya, bukan Gus Dur yang mendahului zamanya, tetapi terkadang masih banyak orang yang terlalu sempit pandangannya dalam mengekspresikan sepak terjang Gus Dur1.

Bahkan Cak Nun (panggilan akrab Emha Ainun Nadjib) pernah mengatakan Orang gila yaitu Gus Dur, tentunya bukan gila yang negatif dalam hal ini gilanya Gus Dur lebih dari pada gilanya orang gila yaitu menggagas apa yang tidak digagas orang lain, memikirkan apa yang tidak dipikirkan orang lain, dan membayangkan apa yang tidak dibayangkan oleh orang lain2.

Hal ini teramat sulit bagi kita untuk berpikir apa yang tidak dipikirkan orang lain, bukannya kita tidak mampu, bukan. Hanya saja jarang manusia yang mau untuk menjadi yang wajar saja tentunya dalam hal pemikiran.
Bagi penulis Gus Dur bukan saja dekat dengan kalangan pemerintahan atau tokoh-tokoh besar Nasional atau Internasional, tapi juga dekat dengan kalangan Kyai, santri, dan rakyat kecil. Hal itu yang menjadikan banyak sekali kalangan yang mengenal tokoh yang juga suka berkelana. Beliau sangat peduli sekali dengan silaturrahmi, dan yang paling menjadi sorotan pubilk ketika menjabat sebagai presiden RI yang ke-4, beliau amat sering berkunjung kenegara-negara lain. Sampai-sampai telah membuat kalang kabut pihak Paspampres dan Protokol Istana dikarenakan hobi Gus Dur bersilaturrahmi ke rumah-rumah tokoh dan juga sering diperingati berkali-kali oleh pajabat pemerintahan agar tidak sering-sering mengadakan kunjungan.

Meski telah menjadi presiden beliau tetap Nyeleneh, dengan banyaknya kunjungan atau silaturahmi kenegara-negara lain mungkin akan mempererat hubungan antar Negara dan akan menjadikan ekonomi dan keadaan Indonesia semakin baik, tapi lagi-lagi mereka salah memahami tindakan Gus Dur, begitu pendapat penulis.
Terkadang sosok Gus Dur juga selalu membawa selera humorisnya yang cukup dan menarik. Penulis pernah mendengar sebuah cerita dari beliau. Suatu hari di Pesantren Nurul Huda Singosari Malang kedatangan beliau dalam selingan pidatonya beliau bertanya pada para hadirin, "lebih mulia mana antara Kyai dan supir Bus?"dengan nada keras. lantas tak lama kemudian Gus Dur menjawab "lebih mulia sopir bus dari pada Kyai, karena Kyai hanya membuat santrinya tenang dan santai menghadapi kematian serta mengingat Allah. Sedangakn supir bus selalu membuat penumpangnya ingat selalu pada Allah karena khawatir kecelakaan dan kemudian mati, lebih-lebih yang ugal-ugalan" serentak para hadirin tertawa.

Hal ini menjadi cerminan dan hikmah bahwa tak semua yang baik selalu berdampak yang baik. Begitu juga yang buruk tidak selamanya membawa dampak yang buruk. Sekaligus memberi kritikan kepada Kyai agar lebih introspeksi lagi untuk membimbing santrinya.

Dari perkataan Cak Nun kita bisa menyimpulkan dari mana munculnya pemikiran Nyleneh dan kontroversinya Gus Dur?. Kita sebagai remaja selayaknya berpikir dan berpikir tidak hanya apa yang harus kita pikirkan saja, tetapi lebih dari itu. Bukannya dalam Al-Qur'an Allah selalu berseru"Afala Ta'qilun, Afala tatadzakkarun, Afala tubsirun, Afala Tatafakkarun" dan itu selalu diulang-ulang karena tidak lain agar manusia yang telah diberi oleh Allah akal serta pikiran agar berpikir selalu. Dan juga menandakan penekanan (Taukid) yang memiliki esensi penting dan wajib untuk dilakukan.

Perlu kita ketahui hampir semua orang yang gemar membaca bisa mengantarkan menuju jalur kesuksesan, Almarhum Cak Nur yang setiap harinya menjadwalkan untuk selalu membaca entah buku, novel, atau kitab tak lama kemudian menjadi tokoh cendekiawan Indonesia. Begitu juga yang di alami Gus Dur hingga kesehatan mata beliau sudah tak memungkinkan lagi.

Gus Dur Tak perlu dipuji, pujilah prosesnya yang dialami beliau. Kebanyakan orang melihat tinggi tanpa melihat arti proses. Bagiku Gus Dur memiliki banyak sekali predikat, sebagai Guru Bangsa, sebagai Pemimpin, sebagai cendekiawan, sebagai Ulama', sebagai Kyai, sebagai kaum sosialis sekaligus demokratis, sebagai pelawak intelek, dan masih banyak lagi yang tak perlu di uraikan dalam tulisan ini.

Bagi penulis mengapa Gus Dur begitu luas wawasannya, dalam buku "SAMA tapi BERBEDA" Ning Aisyah Hamid Baidlowi mengatakan bahwa Gus Dur sejak kecil ia juga biasa menulis dan sering mengirimkan tulisan-tulisannya ke berbagai media. Ketika Ibu Sholihah mendapat royalti dari penjualan buku riwayat hidup Kyai Wahid, sebagian dari hasil royalti itu yaitu sebanyak 6000 US dolar dikirimkan kepada Gus Dur ternyata semua uang yang dikirimkan dibelikan buku olehnya. Kemudian buku yang jumlahnya berkoper-koper itu di kirimkan ke Jakarta dengan menggunakan kapal laut. Tidak terpikir olehnya untuk membeli barang-barang yang lain. Memang kecintaannya kepada buku tergolong luar biasa.

Gus Dur telah banyak menyumbang pemikiran dan intelektual di Indonesia. Gus Dur tidak membatasi pemikirannya pada khazanah pemikiran Islam saja. Ia merambah kepada pemikiran filsafat barat. Jadi, akhirnya orang tidak mempunyai pemahaman yang jelas, sebenarnya Gus Dur tempatnya dimana sih. Tetapi bagi orang yang pengamatannya cermat seperti Jhon L. Esposito, Gus Dur ditempatkan sebagai salah seorang yang menciptakan Islam kontemporer.


1         kenyataan, Liberalisme, demokrasi, dan universalisme selama ini telah        menjadi concern Gus Dur. Lihat M. Arief Hakim, 'Gus Dur dan Demokrasi", dalam Bernas, 10 Mei 1993.
2         Emha Ainun Nadjib,'Bunga di Tepi Jalan", dalam Jawa Pos, 8 Agustus 1993. tulisan ini merupakan tanggapan atas tulisan Gus Dur pada haria yang sama, 27 Juni 1993, "krisis pemikiran dan Krisis Ketertarikan", yang kemudian menjadi polemik panjang, dan mendapat tanggapan banyak pihak, dan ditutup dengan tiga tulisan Gus Dur secara bersambung.



Daftar Pustaka
Ali Yahya. Sama tapi berbeda,potret keluarga besar KH.A. Wahid Hasyim. Jombang: pustaka IKAPETE,2007
Abdurrahman Wahid. Mengurangi Hubungan Agama dan Negara. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999

Ahsani Fatchur Rahman
Santri Pondok Pesantren Al-Ishlah Putra "Langgar Genteng"
Jl. Kramat 80 Singosari Malang 65153 Jawa Timur
081333061965 / (0341) 441346

0 comments: