Gus Dur, Antara Realitas politik dan Penyelamatan Bangsa

Written By roinah on Friday, December 9, 2011 | 4:05 AM

Apa yang akan dilakukan oleh Abdulrachman Wahid sewaktu diangkat menjadi presiden adalah cita-cita menyelamatkan bangsa dan membesarkan bangsa Indonesia. Ada momentum untuk mengatur cita-cita tersebut, tetapi memang kemampuan untuk mengatur negara ini tak dipunyai oleh Gus Dur. Lebih-lebih karena ada pihak-pihak yang sengaja menghancurkan pemerintahannya, mungkin untuk menyelamatkan diri dari berbagai kasus korupsi, mungkin juga karena memang ingin merebut kekuasaannya. Ada banyak kelemahan Gus Dur disamping kesehatan yang kurang baik dan cacat tidak mampu melihat, pernah terkena stroke 2 kali menunjukkan cacat besar. Dan memang seharusnya ia tidak diangkat menjadi presiden meskipun kecerdasannya tak diragukan, ia sangat cerdas dan sangat berkemauan baik bagi bangsanya.

Kesulitan bangsa ini sudah sangat besar dan sangat berlipat-lipat , sehingga sangat sulit bagi Gus Dur untuk memecahkannya. Cara berpikir Pak Kyai sangat sederhana dan bagaimana mungkin cara berpikir demikian mampu menandingi lawan-lawan politiknya? Pada awal pemerintahannya, pemerintah luar negeri banyak yang memberikan dukungan, kaum profesional di negeri ini mau mendukung, beberapa pengamat politik luar negeri sangat antusias mendukung. Gus Dur dikenal sebagai Kyai yang Pluralis dan Humanis.

Barangkali itulah modal besarnya, kemudian dukungan rakyat kecil dan kelompok minoritas. Tetapi dukungan politik belum tentu, politikus atau elite politik mungkin melihat kepentingan politiknya,kepentingan golongan dan juga kepentingan pribadi.Ada juga dugaan pola berpikir akan keinginan membesarkan nama bangsanya dan menjadi TOKOH dunia, misalnya menjalin hubungan dengan Israel yang belum waktunya, membentuk Forum Pasifik Barat yang bukan prioritas dan banyak hal kontra produktip dilakukan tanpa melihat kenyataan. Maksud utama menjalin hubungan dengan Israel ialah agar bisa mendamaikan Palestina, tanpa perdamaian dipastikan penderitaan rakyat Palestina tak terpecahkan.

Penulis sangat mendukung Gus Dur dan sangat setuju dengan ideologi besarnya, tetapi cara mengatur atau management pemerintahan sangat lemah, tidak ada prioritas, tidak ada sistimatika, tidak ada organisasi canggih yang mendukungnya. Jadi pembelaan kelompok pendukungnya , kelompok cendekiawan yang menginginkan perbaikan dinegeri ini gagal total. Realitas politik memang begitu, perjuangan politik adalah perjuangan berat dan membutuhkan energi besar, dana besar dan sumber daya manusia yang memenuhi syarat.

Salah satu kelemahan Gus Dur ialah penggalangan kawan politik yang sangat diabaikan, mungkin kesalahan ini disebabkan PERCAYA DIRI yang kelewat besar dan keinginan atau ambisi yang kelewat tinggi. Belum waktunya bagi Gus Dur untuk menandingi tokoh dunia macam Lee Kuan Yew, atau tokoh dunia lainnya. Yang harus dibentuk ialah menjadikan dirinya TOKOH nasional yang berhasil menyelamatkan negara ini. Banyak hal dihabiskan untuk hal-hal kecil yang bukan prioritas, mempermainkan jurus-jurus kembangan yang tak perlu dan tak menuju sasaran. Ibarat main silat, jurus-jurus yang dimainkan ialah jurus-jurus indah tetapi tidak mematikan. Katakanlah bagaimana ia menggusur Jenderal Wiranto, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa Jenderal Wiranto masih tetap orang yang disegani dikalangan TNI atau institusi TNI tetap tidak bisa diatur oleh Panglima Tertinggi, suatu jabatan FIKTIP kalau tak mampu mengatur TNI.

Apa sebabnya Gus Dur tak mampu mengatur atau menguasai TNI ? TNI atau militer Indonesia memiliki organisasi paling rapi dinegara ini, organisasi yang persiapan sumber daya manusianya hebat dan pendidikan yang diberikan kepada perwira-perwira TNI sangat bagus. Banyak jenderal berpendidikan universitas ternama di luar negeri : beberapa Jenderal adalah alumni Universitas Harvard yang sangat terkenal , belum lagi pendidikan militer di Amerika , Inggris dan beberapa negara lain. Apalagi militer Indonesia dengan Dwi Fungsinya dipersiapkan juga untuk menguasai pemerintahan sipil, mempersiapkan Gubernur, mempersiapkan menteri-menteri, mempersiapkan direktur-direktur BUMN dan juga komisaris-komisaris perusahaan negara maupun perusahaan swasta. Pangkat TNI menengah maupun rendahan juga dipersiapkan
untuk terjun ke pemerintahan maupun sipil: katakankah Hansip, kepala sekuriti perusahaan, bupati, kepala desa dan sebagainya.

Organisasi besar TNI memang luar biasa dan kuat sekali, dengan menguasai banyak perusahaan berarti memiliki dana besar yang memungkinkan digunakan untuk penyelamatan organisasi terhadap gangguan pihak luar. Gus Dur mencoba mengalahkan TNI tetapi cara dan sistimnya tak mungkin memberikan kemenangan kepadanya. Sewaktu Letjen Agus WK mencoba mereformasi TNI dengan mulai memeriksa kasus korupsi di Kostrad, jenderal tersebut mendapatkan perlawanan dari dalam dan beberapa jenderal meminta Gus Dur untuk menggeser Agus WK, disinilah mulai kelemahan Gus Dur tampak dan ia tak memperjuangkan Letjen Agus WK sehingga tersingkir : karirnya habis. Mungkin juga Gus Dur bermaksud memberikan Good Will dengan mengalah dan maksudnya Take and Give, tetapi perjuangan TNI bukan Take and Give, tetapi menyelamatkan jenderal-jenderal yang sudah kaya raya . Seperti juga kesetiaan Jenderal Wiranto kepada keluarga Cendana yang tak akan pupus.

Faktor inilah yang barangkali kurang dipikirkan oleh Gus Dur, bahwasanya ada Jenderal-jenderal yang setia kepada keluarga mantan presiden dan tak rela diadilinya Pak Harto dan keluarganya. Organisasi TNI yang sangat rapi tak mungkin dikalahkan dengan gampang dan saat Gus Dur jatuh terbukti.

Gus Dur juga bermaksud menyeret pentolan-pentolan Golkar dalam berbagai kasus dugaan korupsi. Pengangkatan Jaksa Agung Baharuddin Lopa yang dikenal sangat jujur dan sangat berpengalaman sangat terlambat dan dengan wafatnya Lopa , Gus Dur kehilangan tangan kanan utama. Belum ada Jaksa yang mampu menandingi almarhum Lopa: kompetensi, kejujuran , keberanian dan idealisme.

Lopa akan dikenang sebagai Pahlawan Penegakan Hukum. Pada saat menjelang kejatuhannya , Gus Dur sebenarnya tahu bahwa tak mungkin mengeluarkan DEKRIT , tetapi ia tetap mengeluarkan dekrit sehingga rakyat kecil mengerti bahwa ada sesuatu yang salah. Gus Dur tak mungkin melawan Golkar dengan dana raksasanya, dengan SDM yang luar biasa dan kekuasaan Golkar selama 32 tahun memang benar-benar mengakar. Belum lagi media cetak dan media tv yang digunakan untuk kampanye menjelek-jelekan Gus Dur dan pemerintahannya.

Barangkali dana besar dari lawan-lawan Gus Durlah yang digunakan untuk mengacaukan perekonomian dan keamanan. Bagaimana pula dengan kelompok Poros Tengah yang berhasil mengangkat Gus Dur dan menggusur pemenang Pemilu 1999 dan kemudian keadaan terbalik-balik, yang tadinya didukung kemudian dijatuhkan dan yang tadinya dijatuhkan kemudian didukung sampai menjadi RI 1 : Megawati Sukarnoputri menjadi presiden ke V dengan dukungan militer, Golkar, Poros Tengah dan berbagai atribut yang tak jelas arah dan tujuannya: kalaupun dijelaskan arah dan tujuannya, barangkali kelompok yang nantinya akan dikenal sebagai kelompok mendorong didirikannya negara agama: Neo Masyumi yang tak akan berhenti berjuang kearah RELIGION STATE, kearah negara agama meskipun saat ini sangat terselubung.

Dengan perjuangan akan adanya Wakil Presiden menunjukkan bahwa ada perjuangan pihak
ke-3 dalam mendompleng kejatuhan Gus Dur dan pengangkatan Megawati: suatu kompromi yang barangkali akan menghambat REFORMASI itu sendiri. Dalam jajak pendapat terlihat bahwa sebenarnya mayoritas RESPONDEN menghendaki mantan Menko Polsoskam Jenderal (purn) Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Wakil Presiden: dan pasar menghendaki Jenderal tersebut , jenderal yang pembawaannya sangat simpatik, sangat cerdas dan sangat berpikir positip.

Sayang sekali, permainan politik tetap menghendaki permainan yang merugikan erbaikan ekonomi. Gus Dur pernah mengatakan bahwa rakyat menghendaki Jenderal (purn) SBY sebagai wakil presiden dan memang secara nuchter dan berpikir jernih pilihan Gus Dur sangat baik.

Penulis berkesimpulan bahwa Gus Dur memang harus diganti karena PARADIGMA emerintahan menuntut kemampuan berpolitik, kemampuan menyatukan bangsa dan kemampuan untuk perbaikan ekonomi dan ITIKAD baik saja memang tidak memadai. Tetapi pendapat bahwa IDEOLOGI Gus Dur harus didukung memang harus terus digelindingkan untuk membesarkan bangsa Indonesia dimasa depan. Mudah-mudahan kejatuhan Gus Dur tetap direnungkan, bukan masalah mendukung atau tidak, tetapi masalah penyelamatan bangsa dan dorongan kearah perbaikan menyeluruh, termasuk perbaikan bersikap dalam berpolitik : SEMOGA !!!!!!

DAnishBacklink
4:05 AM | 0 comments | Read More

SURAT BUAT GUS DUR

Gus, izinkan saya sedikit menulis untukmu, di ulang tahunmu yang ke-67 tahun (4 agustus 1940- 4 Agustus 2007). 67 tahun bukanlah lama bagimu untuk memperjuangkan semua yang perlu diperjuangkan. Semoga Tuhan memberi Njenengan umur yang panjang, demi bangsa ini, demi agama ini, dan demi segala yang tak pernah aku pikirkan.
Gus teruskan perjuanganmu demi keadilan, kedamaian, kebenaran, dan atas nama Tuhan. Meski saya sebenarnya ingin berjuang seperti Njenengan tapi apakah saya ini, saya hanya santri desa yang tidak tahu apa-apa, tapi saya sangat kagum dengan njenengan Gus.

Gus, saya tahu perjuangan njenengan sangat besar dan berat sekali, entah masih banyak orang yang menghujat, menghina, atau bahkan memanfaatkan njenengan demi posisi mereka mendapatkan kursi politik dari beberapa oknum atau partai yang ujung-ujungnya duit dan menfitnah njenengan. Memang mereka manusia tapi mereka tidak manusiawi, nyatanya njenengan jelas-jelas berusaha untuk bangsa dan agama, tapi mereka selalu saja memiliki alasan untuk menjatuhkan njenengan, mungkin mereka takut kali dengan Njenengan Gus. Tapi santai saja gus Tuhan itu adil pada hambanya, tak usah getar menghadapi siapapun yang menjatuhkan njenengan, njenengan tak perlu membalasnya biar Tuhan yang membalasnya Gus. Toh mereka juga belum mengerti hakikat hidup, jadi mereka hidup seenaknya.

Saya pernah membaca tulisan Panjenengan, kurang lebihnya "Tuhan tidak perlu di bela", pertama baca saya kaget, mengapa Njenengan mengatakan seperti itu? Dengan seiring waktu saya semakin mengerti memang Tuhan tidak perlu dibela, karena tuhan maha segalanya, dan yang perlu di bela bukan Tuhan tapi ajarannya, ya nggak Gus.
Begitu banyak kelebihan Njenengan, tapi masih ada kelemahan Njenegan yang perlu di perhatikan. Sebenarnya kami tidak sopan mengkritik anda tentang kekurang sabaran, susah menerima pendapat njenengan, dan lainnya. Tapi lebih tidak sopan lagi bila saya membiarkan Njenengan dalam kekurangan menurut pendapat kami. saya sadar saya bukanlah siapa-siapa, tapi saya memiliki hak untuk mngkritik dan mengkagumi Njenengan.

Dan mungkin hanya dengan kesempatan ada lomba menulis saya bisa menyampaikan sedikit unek-unek yang selama ini terpendam dihati saya. Atau bahkan tidak diterima. Bisa juga tulisan ini hanya sebagai sampah saja, taka apa-apa ini bukan hanya cerita tapi kisah nyata. Tak perlu menutup mata cukup buka hati bagiku saya memang tak berarti dibandingkan dengan Njenengan..

Puisi tentang Njenegan

Gus,
Ketika Njenengan naik jadi pemimpin negeri ini
hati kami dan nyali kami
yang memang kecil ketar-ketir
terus terang kami takut dan khawatir
melihat banyak kepentingan yang tidak selaras
dengan kepentingan bangsa
membelit Njenengan

mereka yang tak rela Njenengan selamet
mengintip dan menguntit terus
mulai yang tersembunyi dan sulit dikenali,
sampai yang terang-terangan dan kasar
hingga rakyatmu yang tak pernah makan
sekolahpun tahu kekasarannya
apa mau mereka, Gus?

Apa mereka ndak mau
Negeri ini bangun dan bangkit
Mereka kok begitu nggak sabar
Waduh kok mentolo bener mereka itu
sama kami yang kecil ini.

Lalu mereka yang menyebut dirinya
pendukung Njenengan
Kok ada yang malah rebut banca'an dan royo'an
Dulu sering ngenyek orde baru
yang katanya suka makan kue sendirian

Kok sekarang malah mereka merasa
kue itu milik mereka seorang
Kami yang kecil saja tahu
Kalau itu memalukan
Dan yang pasti menyusahkan Njenengan Gus….

Gus,
Tetaplah menjadi guru bangsa
Jadi guru kami semua

Jangan sampai luntur keinginan Njenengan...
Untuk mendidik bangsa ini agar lebih dewasa
Do'a kami yang insyaallah madzlum ini
Akan selalu menyertai Njenengan

Selamat berjuang Gus…
Semoga Njengan selalu diparingi sabar dan petunjuk
Untuk kita semua
Untuk kami juga
Amien
4:00 AM | 0 comments | Read More

Kehadiran GUS DUR yang nyeleneh, vokal, dan kontroversi

Mengapa begitu banyak orang yang memuja sekaligus menghina beliau, tapi memang beliau benar-benar faham dengan keadaan beliau, bukan lantasan alasan bagi beliau untuk berhenti berjuang karena banyak orang yang telah menghina beliau bahkan ada yang memanfaatkan beliau, tapi santai saja Gus, Tuhan itu adil pada hambanya, entah sampean dihina oleh orang banyak, dimanfaatkan oleh oknum yang tak cukup memiliki ilmu. sang kontrofersial adalah sebutan beliau.Karena beliau selalu memiliki ide yang nyeleneh kata orang-orang.

Apa jadinya NU (Nahdatul Ulama') atau bahkan Indonesia tanpa beliau mungkin tidak sepopuler sekarang, mungkin karena ketika beliau ceramah dimana-mana mesti membawa nama NU dan itu juga yang menjadikan NU terdengar dilalangan nasional maupun Internasional, seandainya pada kecelakaan yang telah dialaminya pada masa kecil menimpanya bersama Abah tercintanya kemudian Gus Dur kecil meninggal, mungkin tak kan pernah hadir The Wahid Institute, PKB, Tokoh Kontrofersi, Presiden ke-4, Ketua PBNU, dan lain-lain.
Sebenarnya saya bukannya terlalu memuji-muji beliau, bukan, namun kenyataanlah yang menyatakannya, masyarakatlah yang mempercayainya, keadaanlah yang menjadikan beliau luar biasa secara pikiran atau spiritual, dunia yang menjadikannya bisa, Tuhan memberinya imbalan atas kerja keras beliau semasa remaja, beliau bukan orang yang luar biasa jika beliau tidak pernah membaca, belajar, berfikir, didikan dari bunda beliau-Ibu Nyai Sholihah- sekaligus dari abah dan kakek beliau. Beliau memang orang biasa yang berpikiran luar biasa.

Setidaknya generasi muda bisa mencontohnya, meskipun tidak harus seperti beliau, tapi meniru saja tidak cukup kita perlu membaca sejarah dan biografi beliau yang telah di tulis oleh Greg Barton, peneliti asal Australia. Perjalanan beliau sejak kecil sudah di tuntut mandiri, meskipun beliau keturunan Tokoh sekaligus Kyai besar bukan lantasan Gus Dur kecil berdiam diri atas perjuangan orang tua beliau, bukan karena 'bukanlah remaja yang mengatakan inilah bapak saya, tetapi seorang remaja mengatakan inilah saya" menurutnya.

Pemikiran gus dur
Saya sering kagum melihat cara Gus Dur memecahkan sebuah masalah yang kelihatannya rumit dengan cara sederhana. Tetapi kadang pula masalah yang menurut banyak orang sederhana, malah di buat rumit oleh Gus Dur. Saya mendapat banyak masukan ketika mendengar ceramah dari beliau atau tulisan-tulisan beliau. Saya yakin Gus Dur akan di kenang sampai beratus-ratus tahun kemudian karena pemikirannya. Begitu juga dengan Fazlur Rahman, Imam Al-Ghozali, Imam Syafi'i, dan deretan penulis dan pemikir besar lainnya.


Membela yang lemah
Bagiku Gus Dur telah banyak membela pihak yang tertindas dan juga kelompok minoritas, terlebih nasrani, lantasan kita sebagai santri bukan lantasan menganggap Gus Dur kafir atau murtad telah keluar dari islam karena membela kaum nasrani, bukan, Gus Dur membela nasrani bukan berarti gusdur nasrani karena itulah nilai-nilai islam yang terlupakan oleh kebanyakan kita tanpa kita sadari, justru seorang islam yang baik adalah yang menolong agama lain tidak hanya membela agamanya sendiri dan merasa sok paling benar dan egois tentang agamanya sendiri, itu telah di ajarkan Nabi tapi sayang kita sering memuja-muja Nabi tapi sedikit menjalankan ajaran nabi. agama islam telah mengajarkan Bertoleransi dan lebih-lebih membela yang lemah tanpa pandang kedudukan, agama, suku, maupun ras.

Beliau juga menjadi jembatan antara kaum tradisionalis dengan moderenis, antara sipil dengan militer, antara minoritas dengan mayoritas, serta antara pemerintah dengan LSM. Dengan posisinya yang demikian, siapa yang bisa mengalahkan dia?

Memang kebanyakan orang lain memandang tindakan Gus Dur itu tindakan yang buruk, tetapi justru mereka yang memandang buruk merekalah yang buruk, mereka yang merasa benar, tapi kenyataannya salah. Mengapa? Karena ilmu yang mereka miliki masih sedikit dan ilmu yang sedikit itu berbahaya. Sedangkan Gus Dur telah memiliki wawasan yang luas dari segi agama, non agama, social, spiritual, dan umum. Tak hanya kajian kitab saja yang pernah beliau pelajari, bahkan karya-karya Das Capital yang ditulis bapak sosialis, Karl Mark, What is tobe Done karya Vladimir Ilyich Lenin, dan Captain's Daughter karya Turgenef. lewat buku-buku inilah yang dapat mengantarkan Gus Dur menjadi pribadi yang liberal dan juga berpengetahuan luas.

Menghargai yang lain
Kata menghargai memang seakan mudah sekali dikatakann tapi jarang orang yang menghargai kelompok lain terutama yang lebih kecil atau tertindas. Memang banyak orang berkata bahwa Gus Dur itu nyeleneh, tapi pada kenyataannya apakah itu benar?, bukannya nyleneh tapi pemahaman kita yang belum sampai atau sempit dalam pemikiran. Seperti contoh pandangan nyleneh beliau adalah dalam kasus Salman Rusdhie dengan The Satanic Verses (Ayat-ayat setan)-nya, terbit di London 1987. di kala hampir semua umat Islam di seluruh dunia mengecam buku ini, Gus Dur justru menganjurkan umat Islam untuk membaca novel karya Salmam Rushdie tersebut.

Banyak tokoh-tokoh ulama menentangnya tapi berbeda dengan Gus Dur yang kebetulan seorang putra seorang Kyai besar kelahiran Jombang yang sama sekali tidak menentang dengan keberadaan novel tersebut. Kemudian rahasia apa yang kemudian menjadi sejarah kita, seba
gai umat manusia kita pasti tidak menolak agama kita menjadi bahan pelecehan, namun beberapa tahun kemudian banyak malah umat nasrani yang semakin belajar tentang islam, ironisnya kita yang beragama islam rasanya enggan sekali untuk mempelajari agama lain.

Beliau pernah mengkritik dalam sela-sela pembicaraannya, "saya tidak mau orang ngomong tanpa tahu masalahnya. Ada orang yang anti komunisme tanpa mengerti komunisme itu apa. Ada yang anti neo liberalisme tanpa tahu liberalisme itu apa. Itu kan kebodohan."

Dari sinilah kita bisa mengintrospeksi atas tindakan dan kritik Gus Dur untuk bangkit dari keterpurukan kita selama ini, bahkan berabad-abad kita merindukan kedatangan kejayaan kita. Tanpa adanya pemikiran dan tindakan maka mustahil kejayaan akan kita peroleh. Tidak sedikit orang yang merasa bingung dengan tindakan Gus Dur, bila tanpa adanya penafsiran dari kita.

Menurut pandangan penulis Gus Dur bukan mencari sensasi atau popularitas dengan pendapatnya, atau asal asalan membela, sekali lagi bukan, Gus Dur jauh-jauh sebelumnya telah memikirkannya bahwa menghargai pendapat orang lain bukanlah hal yang mudah lebih-lebih ketika menyangkutkan masalah agama dan menjelekkannya.
Setidaknya kita juga bisa berpikir dari sebuah kritikan dan cacian, memang terasa pedih ketika agama kita yang kita cintai kemudian dihina habis-habisan. Allah juga berfirman "terkadang sesuatu yang kita benci baik bagi kita dan juga terkadang hal yang kita suka malah buruk bagi kita"

Dari situlah kita bisa tahu tentang kedewasaan pemikiran Gus Dur yaitu tidak mudah menyalahkan, tidak mudah egois ketika agamanya di hina, menghargai yang lebih lemah, dan berwawasan serta berpandangan luas. Penulis tidak terlalu memuji-muji atas prestasi Gus Dur, namun itulah adanya maka kita perlu belajar banyak dari Gus Dur. Meski secara fisik Gus Dur kurang mendukung, tapi ketika menginjak masalah pemikiran dan keintelektualan, tidak sedikit tokoh-tokoh dunia yang mengakuinya sebagai master of brain.
Bukan hanya itu saja, Beliau tidak pernah melarang untuk menghargai orang, sebesar atau sekecil apapun. Mungkin sejak dari kecil keluarga beliaulah yang telah menanamkan rasa tenggang rasa dan saling menghargai, ayah beliau KH. Wahid Hasyim, meski telah meninggal ketika beliau masih kecil juga menjadi insprasi beliau untuk modal kehidupan Gus Dur kecil mendatang.

Sehingga tidak mengherankan jika sejak kecil telah terrekam nilai-nilai keadilan ditengah keluarganya. Missal saja ketika Gus Sholah, Gus Hasyim, Dan Gus Dur Bunda beliau tidak membeda-bedakan yang manakah yang harus di utamakan dalam keluarga, meski kadang anak pertama yang diutamakan. tapi bagi Nyai Sholihah (Ibu Gus Dur) semua sama.

Misal ketika banyak-banyaknya tokoh-tokoh agama melarang pemikirannya Ulil Absar Abdalla tentang Islam Liberal, lagi-lagi Gus Dur pun hadir untuk mendukung tanpa menyalahkannya terlebih dahulu dan merasa lebih benar dan lebih besar, bukan. Memang jarang kita temukan di tanah air kita sosok seperti Gus Dur yang begitu Nyeleneh dan vokal. Penulis berharap semoga lahir kembali sosok Gus Dur jilid dua.
Beliau bukannya menyesatkan pemikiran Ulil Abshar Abdalla tapi beliau menghimbau masyarakat agar menghargai pendapat orang lain, tak perlu merasa paling benar. Bahkan kita bisa belajar dai Ulil tanpa menghujat pemahaman baru, semakin kita banyak belajar kita akan semakin tahu, dan ketika semakin tahu maka tidak mudah menyalahkan orang lain. Ini juga menjadi bukti tentang keluasan ilmu Gus Dur.


Mengutamakan nilai kemanusiaan
Gus Dur lebih mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, ketimbang nilai-nilai keagamaan, dalam berinteraksi dengan umat agama yang lain. Karena lagi-lagi Gus Dur memang sangat demokrasi dalam setiap langkah beliau. Sedangkan pelopor pembaharuan Islam Indonesia Ahmad Wahib mengatakan : "tidak banyak pemikir Islam yang menaruh minat pada banyak hal sekaligus tanpa kehilangan kedalaman dan orisinilitas. Dalam hal ini, mungkin hanya Abdurrahman Wahid yang melebihinya"

Tak menyerah dengan kritikan
Mungkin ini kelemahan dari Gus Dur, terkadang Gus Dur tak mempan terhadap kritik dan kurang sabaran. Tokoh-tokoh NU yang dekat dengan Kyai Wahid mengatakan bahwa perbedaan terbesar antara Kyai Wahid dan Gus Dur adalah kesabaran. Kyai Wahid dan Kyai Hasyim Asy'ari sangatlah sabar dan ini berbeda jauh dengan Gus Dur yang tidak sabaran. Tapi bagi saya kelebihan Gus Dur sangatlah banyak dibandingkan dengan kekurangannya.
Sepedas apapun kritikan yang beliau terima beliau selalu tertawa, seakan beliau senjata ini tak mempan lagi. Meski demikian beliau juga menerima saran kepada orang-orang tertentu. Begitu menurut pendapat dari saudara-saudara beliau.

Bagaimana memahami pemikiran Gus Dur
Menurut Areif Hakim, bahwa untuk memahami pemikiran Gus Dur ada tiga kunci yang harus di perhatikan liberalisme, demokrasi, dan universalisme. Sehingga kita tidak heran dengan pendapat-pendapat Gus Dur dan kita bisa memakluminya. Artinya, bukan Gus Dur yang mendahului zamanya, tetapi terkadang masih banyak orang yang terlalu sempit pandangannya dalam mengekspresikan sepak terjang Gus Dur1.

Bahkan Cak Nun (panggilan akrab Emha Ainun Nadjib) pernah mengatakan Orang gila yaitu Gus Dur, tentunya bukan gila yang negatif dalam hal ini gilanya Gus Dur lebih dari pada gilanya orang gila yaitu menggagas apa yang tidak digagas orang lain, memikirkan apa yang tidak dipikirkan orang lain, dan membayangkan apa yang tidak dibayangkan oleh orang lain2.

Hal ini teramat sulit bagi kita untuk berpikir apa yang tidak dipikirkan orang lain, bukannya kita tidak mampu, bukan. Hanya saja jarang manusia yang mau untuk menjadi yang wajar saja tentunya dalam hal pemikiran.
Bagi penulis Gus Dur bukan saja dekat dengan kalangan pemerintahan atau tokoh-tokoh besar Nasional atau Internasional, tapi juga dekat dengan kalangan Kyai, santri, dan rakyat kecil. Hal itu yang menjadikan banyak sekali kalangan yang mengenal tokoh yang juga suka berkelana. Beliau sangat peduli sekali dengan silaturrahmi, dan yang paling menjadi sorotan pubilk ketika menjabat sebagai presiden RI yang ke-4, beliau amat sering berkunjung kenegara-negara lain. Sampai-sampai telah membuat kalang kabut pihak Paspampres dan Protokol Istana dikarenakan hobi Gus Dur bersilaturrahmi ke rumah-rumah tokoh dan juga sering diperingati berkali-kali oleh pajabat pemerintahan agar tidak sering-sering mengadakan kunjungan.

Meski telah menjadi presiden beliau tetap Nyeleneh, dengan banyaknya kunjungan atau silaturahmi kenegara-negara lain mungkin akan mempererat hubungan antar Negara dan akan menjadikan ekonomi dan keadaan Indonesia semakin baik, tapi lagi-lagi mereka salah memahami tindakan Gus Dur, begitu pendapat penulis.
Terkadang sosok Gus Dur juga selalu membawa selera humorisnya yang cukup dan menarik. Penulis pernah mendengar sebuah cerita dari beliau. Suatu hari di Pesantren Nurul Huda Singosari Malang kedatangan beliau dalam selingan pidatonya beliau bertanya pada para hadirin, "lebih mulia mana antara Kyai dan supir Bus?"dengan nada keras. lantas tak lama kemudian Gus Dur menjawab "lebih mulia sopir bus dari pada Kyai, karena Kyai hanya membuat santrinya tenang dan santai menghadapi kematian serta mengingat Allah. Sedangakn supir bus selalu membuat penumpangnya ingat selalu pada Allah karena khawatir kecelakaan dan kemudian mati, lebih-lebih yang ugal-ugalan" serentak para hadirin tertawa.

Hal ini menjadi cerminan dan hikmah bahwa tak semua yang baik selalu berdampak yang baik. Begitu juga yang buruk tidak selamanya membawa dampak yang buruk. Sekaligus memberi kritikan kepada Kyai agar lebih introspeksi lagi untuk membimbing santrinya.

Dari perkataan Cak Nun kita bisa menyimpulkan dari mana munculnya pemikiran Nyleneh dan kontroversinya Gus Dur?. Kita sebagai remaja selayaknya berpikir dan berpikir tidak hanya apa yang harus kita pikirkan saja, tetapi lebih dari itu. Bukannya dalam Al-Qur'an Allah selalu berseru"Afala Ta'qilun, Afala tatadzakkarun, Afala tubsirun, Afala Tatafakkarun" dan itu selalu diulang-ulang karena tidak lain agar manusia yang telah diberi oleh Allah akal serta pikiran agar berpikir selalu. Dan juga menandakan penekanan (Taukid) yang memiliki esensi penting dan wajib untuk dilakukan.

Perlu kita ketahui hampir semua orang yang gemar membaca bisa mengantarkan menuju jalur kesuksesan, Almarhum Cak Nur yang setiap harinya menjadwalkan untuk selalu membaca entah buku, novel, atau kitab tak lama kemudian menjadi tokoh cendekiawan Indonesia. Begitu juga yang di alami Gus Dur hingga kesehatan mata beliau sudah tak memungkinkan lagi.

Gus Dur Tak perlu dipuji, pujilah prosesnya yang dialami beliau. Kebanyakan orang melihat tinggi tanpa melihat arti proses. Bagiku Gus Dur memiliki banyak sekali predikat, sebagai Guru Bangsa, sebagai Pemimpin, sebagai cendekiawan, sebagai Ulama', sebagai Kyai, sebagai kaum sosialis sekaligus demokratis, sebagai pelawak intelek, dan masih banyak lagi yang tak perlu di uraikan dalam tulisan ini.

Bagi penulis mengapa Gus Dur begitu luas wawasannya, dalam buku "SAMA tapi BERBEDA" Ning Aisyah Hamid Baidlowi mengatakan bahwa Gus Dur sejak kecil ia juga biasa menulis dan sering mengirimkan tulisan-tulisannya ke berbagai media. Ketika Ibu Sholihah mendapat royalti dari penjualan buku riwayat hidup Kyai Wahid, sebagian dari hasil royalti itu yaitu sebanyak 6000 US dolar dikirimkan kepada Gus Dur ternyata semua uang yang dikirimkan dibelikan buku olehnya. Kemudian buku yang jumlahnya berkoper-koper itu di kirimkan ke Jakarta dengan menggunakan kapal laut. Tidak terpikir olehnya untuk membeli barang-barang yang lain. Memang kecintaannya kepada buku tergolong luar biasa.

Gus Dur telah banyak menyumbang pemikiran dan intelektual di Indonesia. Gus Dur tidak membatasi pemikirannya pada khazanah pemikiran Islam saja. Ia merambah kepada pemikiran filsafat barat. Jadi, akhirnya orang tidak mempunyai pemahaman yang jelas, sebenarnya Gus Dur tempatnya dimana sih. Tetapi bagi orang yang pengamatannya cermat seperti Jhon L. Esposito, Gus Dur ditempatkan sebagai salah seorang yang menciptakan Islam kontemporer.


1         kenyataan, Liberalisme, demokrasi, dan universalisme selama ini telah        menjadi concern Gus Dur. Lihat M. Arief Hakim, 'Gus Dur dan Demokrasi", dalam Bernas, 10 Mei 1993.
2         Emha Ainun Nadjib,'Bunga di Tepi Jalan", dalam Jawa Pos, 8 Agustus 1993. tulisan ini merupakan tanggapan atas tulisan Gus Dur pada haria yang sama, 27 Juni 1993, "krisis pemikiran dan Krisis Ketertarikan", yang kemudian menjadi polemik panjang, dan mendapat tanggapan banyak pihak, dan ditutup dengan tiga tulisan Gus Dur secara bersambung.



Daftar Pustaka
Ali Yahya. Sama tapi berbeda,potret keluarga besar KH.A. Wahid Hasyim. Jombang: pustaka IKAPETE,2007
Abdurrahman Wahid. Mengurangi Hubungan Agama dan Negara. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999

Ahsani Fatchur Rahman
Santri Pondok Pesantren Al-Ishlah Putra "Langgar Genteng"
Jl. Kramat 80 Singosari Malang 65153 Jawa Timur
081333061965 / (0341) 441346
3:59 AM | 0 comments | Read More

Agama Di TV Dan Dalam Kehidupan

Written By roinah on Thursday, December 8, 2011 | 10:39 PM

Oleh: Abdurrahman Wahid


Pada suatu hari yang cerah, penulis memasuki ruang tunggu lapangan terbang Cengkareng, jam 5.30 wib pagi. Sambil menunggu saat penerbangan pertama ke Yogyakarta, penulis mendengarkan siaran TV di ruang tunggu itu. Seorang penceramah agama sedang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para pemirsa melalui telepon, ketika dihadapkan pada masalah-masalah hukum Islam (figh), di saat menjalankan ibadah haji. Salah seorang pemirsa menanyakan; apakah sebuah tindakan yang dilakukan jama’ah haji dapat dimasukkan dalam kategori perbuatan yang merusak ihram atau tidak.

Dalam menjawab pertanyaan tersebut, sang penceramah melakukan pembedaan, antara hal-hal yang merusak sarat-sarat ibadah haji, merusak kewajiban-kewajiban haji dan merusak ihram itu sendiri. Hal elementer seperti ini –dengan akibat hukum-hukum agama (canon law) sendiri pula yang biasa dipelajari dari kitab-kitab agama di pesantren, terpaksa dijelaskan di layar televisi itu oleh sang penceramah. Ini tentu karena sang penanya diandaikan tidak tahu masalahnya, karena mereka hanya berkomunikasi melalui telepon. Sekaligus, pertanyaan itu menunjukkan perhatian sang pemirsa tersebut pada segi-segi ibadah, ketika menunaikan perjalanan ibadah haji. Mungkin itu juga disertai oleh pandangan tertentu mengenai perjalanan haji: peribadatan yang menyenangkan, menjengkelkan atau yang tidak berguna sama sekali.

Sudah tentu sang jama’ah haji memiliki wewenang bertanya tentang sesuatu hal yang oleh jama’ah lain dianggap soal kecil. Bukankah ia telah mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk melakukan perjalanan tersebut, bahkan mungkin saja ia sampai menabung uang seumur hidup untuk itu. Karenanya, ia berhak bertanya apa saja , karena perjalanan tersebut merupakan sebuah obsesi dalam hidupnya. “Hak” ini adalah sesuatu yang sangat inherent dalam hidup sang penanya, dan sangat menyedihkan bahwa Departemen Agama Republik Indonesia (Depag-RI) yang menjadi penyelenggara ibadah haji tersebut tidak pemah mengumpulkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu dalam sebuah buku yang dapat dijadikan pegangan bagi para calon jama’ah haji. Maka terpaksalah mereka bertanya melalui TV karena tidak ada saluran lain.

Ketika memasuki lapangan terbang itu, penulis juga berjumpa dengan Jajang dan Debra Yatim, keduanya seorang aktivis perempuan –yang, juga sama-sama akan menuju Yogyakarta, untuk menayangkan film tentang perjuangan kaum perempuan di negeri kita. Tentu saja pertunjukkan film tersebut akan disertai tanya jawab antara para pemirsa dan kedua aktifis terebut. Dan dapat diperkirakan , mereka akan berbeda mengenai tema makro yaitu tentang perjuangan menegakkan hak-hak wanita di negeri kita. Ini adalah hal yang wajar, bahkan kalau tidak dibicarakan, kita bertanya-tanya dalam hati, kedua orang aktifis itu untuk apa datang ke Yogyakarta? Kalau hanya untuk memutar film itu dapat dilakukan oleh para petugas setempat. Bahwa orang lain dapat saja menganggap pembicaraan mereka itu sesuatu yang bersifat setengah makro, karena membahas kurang lebih separuh warga masyarakat, yaitu kaum perempuan, tentu saja merupakan hal yang wajar pula.

Pembahasan baru dianggap makro, menurut pandangan ketiga dalam pembedaan pandangan masyarakat tentang negara, karena mereka berpendapat bahwa bahasan yang tidak menyangkut struktur masyarakat, belumlah dianggap sebagai pembahasan yang serius. Bahwa pembahasan mengenai nasib perempuan, termasuk apakah poligami (beristri banyak) selayaknya dilarang atau tidak, juga menyangkut posisi dan harkat tiga milyard jiwa lebih kaum perempuan di seluruh dunia saat ini, dalam pandangan ini tidak otomatis menjadikan masalah gender sebagai masalah makro. Memang ini adalah masalah yang sangat besar dan menyangkut jumlah manusia yang sangat besar pula. Tapi, ia tidak terkait dengan masalah struktur masyarakat.

Karena itu pula ia tetap diperlakukan sebagai masalah mikro. Di tambah dengan ketidakpedulian mayoritas jumlah laki-laki dan perempuan yang tidak memperhatikan masalah ini, dengan sendirinya masalah gender ini tidak berkembang menjadi masalah struktural. Memang para aktifis di berbagai bidang di lingkungan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dari jenis hawa, selalu meneriakkan dengan lantang bahwa masalah perempuan/gender adalah masalah struktural, tetapi tetap saja masalah itu diperlakukan dalam dunia LSM intemasional dan domestik sebagai masalah non-struktural. Ini memang menyakitkan, tapi dalam kenyataan hal ini memang terjadi, dan kita tidak usah meratapinya. Perjuangan memang masih panjang, dan hal itu tidak perlu diperlakukan secara emosional.

Paham ketiga tidak pemah mempersoalkan struktur masyarakat, dan menganggap semua struktur masyarakat yang ada dalam sejarah sebagai sesuatu yang benar. Masalah pokok yang dihadapi umat manusia, menurut pandangan ini, adalah bagaimana menegakkan keadilan dan kemakmuran –yang, dalam ajaran agama Islam disebut dengan istilah kesejahteraan. Jadi, menurut pandangan ini, masalah utamanya adalah penegakkan hukum dan perumusan kebijakan serta pelaksanaan di bidang ekonomi, terlepas dari jenis dan watak struktur itu sendiri. Inilah pandangan yang sering disebut sebagai pandangan non-struktural, juga dikenal dengan pandangan developmentalist.

Dalam pandangan ini, Islam atau agama-agama lain dapat berperan memerangi meterialisme dan sebagainya, tanpa terpengaruh oleh struktur masyarakat. Dengan demikian, masalah yang dihadapi terkait sepenuhnya dengan keahlian dan pengorganisasian sumber daya manusia yang dimiliki. Pandangan non-struktural ini, antara lain diikuti oleh para tehnokrat kita, yang selama ini menentukan kebijakan pembangunan yang kita ikuti sebagai bangsa.

Dan, temyata para tehnokrat tersebut telah menemui kegagalan, karena keadilan dan kemakmuran temyata tidak kunjung tercapai, yang menikmati hanyalah sejumlah konglomerat belaka. Karenanya, pembahasan mengenai hubungan antara agama dan idiologi negara, sebaiknya dibatasi pada pandangan-pandangan agama yang ada mengenai struktur sosial yang adil bagi seluruh warga masyarakat, dan menuju pada kemakmuran bangsa. Pendekatan struktural ini diperlukan, karena memang semua agama menghendaki masyarakat yang adil, menuju pencapaian kemakmuran. “Baldatun tayyibatun wa rabbun ghafuur” (negara yang baik dan Tuhan yang Maha Pengampun) adalah semboyan upaya kaum muslimin dalam menciptakan masyarakat yang demikian itu, sesuai dengan ajaran Islam sendiri. Karenanya, membahas hubungan antara Islam dengan negara, tanpa membahas struktur masyarakat yang hendak didirikan adalah sesuatu yang secara inherent menyangkut keadilan, dan dengan demikian merupakan struktur masyarakat yang benar. Dalam hubungan inilah, pembahasan kaitan antara Islam dan idiologi negara, sebaiknya benar-benar menjadi pusat perhatian kita.
10:39 PM | 0 comments | Read More

Humor Gus Dur Partt 6

36. Sate Babi
Suatu ketika Gus Dur dan ajudannya terlibat percakapan serius.

Ajudan…..: Gus, menurut Anda makanan apa yang haram ?
Gus Dur…: Babi
Ajudan……: Yang lebih haram lagi
Gus Dur…..: Mmmm ... babi mengandung babi..!
Ajudan…….: Yang paling haram ?
Gus Dur…..: Mmmm ... nggg ... babi mengandung babi tanpa tahu bapaknya dibuat sate babi !



37. Tak Punya Latar Belakang Presiden

mantan Presiden Abdurrahman Wahid memang unik. Dalam situasi genting dan sangat penting pun dia masih sering meluncurkan joke-joke yang mencerdaskan.

Seperti yang dituturkan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD saat diinterview salah satu televisi swasta. "Waktu itu saya hampir menolak penunjukannya sebagai Menteri Pertahanan. Alasan saya, karena saya tidak memiliki latar belakang soal TNI/Polri atau pertahanan," ujar Mahfud.

Tak dinyana, jawaban Gus Dur waktu itu tidak kalah cerdiknya. "Pak Mahfud harus bisa. Saya saja menjadi Presiden tidak perlu memiliki latar belakang presiden kok," ujar Gus Dur santai.


38. Siapa yang Paling Hebat ?

Di atas geladak kapal perang US Army tiga pemimpin negara sedang "berdiskusi" tentang prajurit siapa yang paling berani. Eh.. kebetulan di sekitar kapal ada hiu-hiu yang sedang kelaparan lagi berenang mencari makan ...

Bill Clinton : Kalau Anda tahu ... prajurit kami adalah yang terberani di seluruh dunia ... Mayor .. sini deh ... coba kamu berenang keliling ini kapal sepuluh kali.
Mayor : (walau tahu ada hiu) siap pak, demia "The Star Spangled Banner" saya siap ,,, (akhirnya dia terjun dan mengelilingi kapal 10 kali sambil dikejar hiu).
Mayor : (naik kapal dan menghadap) Selesai pak!!! Long Live America!!
Clinton : Hebat kamu, kembali ke pasukan!

Koizumi : (tak mau ketinggal, dia panggil sang sersan) Sersan! Menghadap sebentar (sang Sersan datang) ... coba kamu keliling kapal ini sebanyak 50 kali ... !
Sersan : (melihat ada hiu ... glek ... tapi) for the queen I'am ready to serve!!! (pekik sang sersan, kemudian membuka-buka baju lalu terjun ke laut dan berenang keliling 50 kali ... dan dikejar hiu juga).
Sersan : (menghadap sang perdana menteri) GOD save the queen!!!
Koizumi : Hebat kamu ... kembali ke tempat ... Anda lihat Pak Clinton ... Prajurit saya lebih berani dari prajurit Anda ... (tersenyum dengan hebat ...)

Gus Dur : Kopral ke sini kamu ... (setelah datang ...) saya perintahkan kamu untuk terjun ke laut lalu berenang mengelilingi kapal perang ini sebanyak 100 kali ... ok?
Kopral : Hah ... Anda gila yah ...! Presiden nggak punya otak ... nyuruh berenang bersama hiu ... kurang ajar!!! (sang Kopral pun pergi meninggalkan sang presiden ...)
Gus Dur : (Dengan sangat bangga) Anda lihat Pak Clinton dan Pak ... Cumi Cumi ... kira-kira siapa yang punya prajurit yang paling BERANI!!! ..... Hidup Indonesia ….. !!!



39. Sholat Jum’ at

Pada saatnya harus sholat Jum’ at, Gus Dur malah tidur mendengkur. Kemudian ajudannya bertanya “Gus.. kenapa gak sholat Juam’ at ?”

Dengan entengnya Gus Dur manjawab “Aku sholat Jum’ at di Mekkah”

“Emang jam-nya sama Gus ? kejar ajudannya.

“Ya…sama-lah, jam orang Mekkah kan Made in Jepang, jam ku juga made Jepang“ ujar Gus Dur.
40. Berdoa sebelum makan
Waktu Gus Dur menjabat Presiden RI, sekali waktu beliau bertemu dengan para romo (pastor) seluruh Keuskupan Agung Semarang. Dan, tak ketinggalan Gus Dur menyelipkan ceritanya. Ini pastor-pastor itu di sebuah negeri senang berburu binatang buas.

Sekali waktu, selesai misa hari Minggu, seorang pastor pergi ke hutan berburu binatang buas. Ia melihat seekor harimau. Langsung sang pastor mengokang senapannya dan menembak: “Dor – dor!” Wah, ternyata tembakannya meleset dan sang harimau balik mengejar sang pastor. Pastor segera berlari mengambil langkah seribu. Tiba-tiba si pastor berhadapan dengan jurang yang dalam. Si pastor langsung berhenti, berlutut, dan mengatupkan tangannya berdoa sebelum diterkam harimau. Berdoa sebelum mati.

Selesai berdoa, sang pastor terheran-heran karena ternyata ia masih hidup, tidak diterkam harimau. Waktu ia menoleh ke kanan, dilihatnya harimau itu berlutut di sampingnya dan berdoa sambil mengatupkan kedua kaki depannya, seperti orang Katolik mengatupkan kedua tangannya ketika sedang berdoa. Si pastor lalu bertanya kepada harimau, “Harimau, kamu kok tidak menerkam saya, malah malah kamu ikut-ikutan berdoa seperti saya. Mengapa?” Jawab harimau: “Ya, saya sedang berdoa. Berdoa sebelum makan!”


41. Gitu Aja Kok Repot
Humor dan kelitan Gus Dur bukan sekadar lucu-lucuan.
Ketika pada 1998/1999 terjadi kontroversi panas mengenai wacana negara kesatuan dan Negara federal, Gus Dur menawarkan solusi agak lucu tetapi mengena. Ketika itu, Amien Rais dengan bendera PAN mengajak kita berwacana atau memikirkan kemungkinan Indonesia menjadi negara federal. Menurut Amien, negara federal bisa lebih demokratis diterapkan di negara sebesar Indonesia.

Ajakan itu kontan mendapat tanggapan panas, misalnya, dari Akbar Tandjung (Golkar) dan Megawati (PDIP). Amien diserang habis karena dianggap mau merusak keutuhan dan persatuan bangsa dan negara.

Ketika ditanya soal kontroversi itu, Gus Dur mengatakan, negara federal baik karena menjamin lebih demokratis, sedangkan negara kesatuan baik karena lebih menjamin keutuhan bangsa.

“Kalau saya begini saja, namanya tetap negara kesatuan, tapi isinya pakai negara federal. Gitu saja kok repot,” kata Gus Dur dalam wawancara eksklusif dengan RCTI.


42. Lagi Asyik Baca
Bertahun-tahun, saya heran kenapa sih Indonesia “Tidak maju-maju” meski mereka sudah merdeka 60 tahun lebih. Tapi sekarang…saya sudah tahu alasannya. Berdasarkan data statistik:
Jumlah penduduk Indonesia ada 225 juta. 100 juta di antaranya adalah para pensiunan dan anak-anak. Jadi yang kerja cuma 125 juta.

Jumlah pelajar dan mahasiswa adalah 78 juta. Jadi tinggal 47 orang yang kerja. Yang kerja buat pemerintah pusat jadi pegawai negeri ada 31 juta, jadi tinggal 16 juta yang kerja (karena PNS cuma main catur dan baca koran).
Ada 4,5 juta yang jadi TNI dan Polisi. Jadi tinggal 11,5 juta yang kerja (karena TNI dan Polisi tidak ada kerjaan).

Ada lagi yang kerja di pemerintahan daerah dan departemen-departemen lain jumlahnya 10.500.000. Jadi sisanya tinggal 1.000.000. Yang sakit dan dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia ada 888.000. Jadi sisa 112.000 orang saja yang kerja.

Ada 111.998 orang yang di penjara. Jadi tinggal sisa dua orang saja yang masih bisa kerja. Siapa mereka??? Yaaa…tentu saja SAYA dan ANDA! Tapi kan sekarang ANDA lagi asyik baca buku sambil cekikak-cekikik sendiri. Jadi tinggal saya sendiri dong yang kerja!!!! Pantes aja kalau begini Indonesia tidak maju-maju……..!

43. Pikiran porno

Dalam suatu kesempatan Gus Dur mengeluarkan sebuah pernyataan yang sebenarnya tidak dimaksudkan untuk menghina. Namun dengan itu bagian dari upaya Gus Dur menyampaikan joke.”Alquran itu kitab suci yang paling porno. Ya kan bener, di dalamnya ada kalimat menyusui. Berarti mengeluarkan tetek. Ya udah, cabul kan?”
Mungkin dengan hanya kalimat guyonan itu sebagian masih ada yang merasa diresahkan. Masa sih ulama yang terkenal wali kaya gitu? Maka, di lain waktu Gus Dur mengulangi penjelasannya dengan memilih bahasa yang lebih sopan.
“Maksudnya, itu ayat jadi porno kalau yang baca lagi punya pikiran yang ngeres. Kalau nggak, ya udah. Berarti beres.”
Masih nggak puas. Karenanya pertanyaan berikutnya segera menyusul. “Tapi Gus, Alquran kan bahasanya sopan?”
“Betul, juga bahasa di luar Alquran banyak yang sopan. Tapi, waktu teman saya naik bus, lihat orang lagi bunting. Terus dia mbatin kenapa bisa bunting? Mendadak ‘barangnya’ (alat kelaminnya) berdiri gara-gara pikirannya itu,” jawab Gus Dur.

44. Dicium artis cantik

Magnet sense of humor gus dur yang tinggi membuat kesengsem salah satu artis cantik saat hadir dalam suatu acara di rumah salah seorang pengasuh pondok kajen. saking gemesnya, artis itu dengan santai langsung ngesun (mencium) pipi gus dur tanpa pake permisi.

Jelas beberapa di antara mereka yang hadir langsung dibikin kaget dan bingung. siapa yang kuat ngeliat kiat nyentrik cuma diem aja disun (dicium) artis cantik.

Tak lama kemudian begitu sudah agak sepi, gus mus yang sedang di antara mereka, langsung numpahin sederet kalimat yang sudah dari tadi cuma bisa disimpan dalam hati.

"loh gus, kok gus dur diam saja sih disun sama perempuan?'

Dengan santai dan silakan bayangin sendiri gayanya, gus dur malah ngasih jawaban sepele.

"lha wong saya kan nggak bisa lihat. ya mbok sampeyan jangan pengen."

45. Maju aja dituntun, apalagi mundur
Gus Dur dalam berbagai kesempatan selalu berkata jujur. akibat kejujurannya itu, kadang kala disertai humor "tingkat tinggi" yang membuat para pendengarnya tergelak.

salah satu contohnya kala gus dur menanggapi berbagai desakan agar dirinya mundur. tanpa basa-basi dia pun menimpali.

"maju aja masih harus dituntun, apalagi mundur," ujar Gus Dur

46. 189 Gaya Bersetubuh
Ketika semua pihak berteriak “Musnahkan pornoaksi dan pornografi di negeri ini karena nggak sesuai dengan syariat Islam,” Gus Dur justru kurang sependapat. Gus Dur berusaha mengambil contoh dari sisi pandangan Islam tentang porno tersebut.

Misalnya saja ketika Gus Dur menjawab interview dengan Jaringan Islam Liberal, Gus Dur menyebut kita Raudlatul Mu’aththar sebagai korban tentang kesalahan memandang pengertian daripada kata porno.

“Anda tahu, kita Raudlatul Mu’aththar (The Perfumed Garden, Kebun Wewangian) itu merupakan kitab Bahasa Arab yang isinya tata cara bersetubuh dengan 189 gaya, ha … ha … ha. Kalau gitu, kitab itu cabul dong ?”

47. Presiden Nyeleneh
Gus Dur selalu dianggap aneh dan berbeda dengan orang lain. Anggapan ini juga dirasakan oleh mantan Menteri Pertahanan Mahfud MD. Dia juga merasa heran kenapa justru dirinya yang saat itu dosen di UII Yogyakarta menjadi Menhan.

“Saya heran kok saya dijadikan Menhan. Gus Dur memang nyleneh. Kalau nggak nyleneh nggak mungkin memilih saya menjadi Menhan,” aku Mahfud disambut geer audien dalam satu forum talkshow di televisi swasta nasional.

Mahfud juga pernah mengaku akan mundur dari posisi menteri. “Saat itu saya dapat hujatan yang luar biasa. Belum-belum kok sudah dapat kritikan luar biasa. Saya ketemu teman-teman di Yogya. Dalam suatu rapat, saya tegaskan bahwa saya akan mundur dari menteri. Eh, tidak berselang beberapa menit, Gus Dur telepon: ‘Pak Mahfud jangan mundur.”
9:39 PM | 0 comments | Read More

Humor Gus Dur PArt 5


27. Obrolan Presiden
Saking sudah bosannya keliling dunia, Gus Dur mencari suasana baru. Saat itu dia mengundang Presiden Amerika Serikat dan Perancis terbang bersama Gus Dur keliling dunia dengan pesawat kepresidenan RI 1. Boleh dong, memangnya hanya AS dan Prancis saja yang punya pesawat kepresidenan.

Seperti biasa, setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya.

Betul dugaan Gus Dur, tidak lama Presiden Amerika, saat itu, Bill Clinton, mengeluarkan tangannya ke luar pesawat. Sesaat kemudian dia berkata, "Wah kita sedang berada di atas New York."

"Lho kok bisa tau ?" tanya Gus Dur.
"Ini patung Liberty saya pegang."
Presiden Prancis Jacques Chirac tak mau kalah. Dia ikut mengulurkan tangannya ke luar pesawat. "Kita sedang berada di atas Paris," katanya.
"Wah... kok bisa tau juga ?" kata Gus Dur.
"Itu... menara Eiffelnya, saya bisa sentuh."
Gus Dur panas mendengar kesombongan Clinton dan Chirac.
Kali ini giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya….
"Wah... kita sedang berada di atas Tanah Abang," teriak Gus Dur.
"Lho kok bisa tau ?" tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur tidak bisa melihat.
"Ini jam tangan saya hilang," jawab Gus Dur kalem.


28. Doa Mimpi Matematika
Jauh sebelum menjadi presiden, Gus Dur dikenal sebagai penulis yang cukup produktif. Hampir tiap pekan tulisannya muncul di koran atau majalah. Tema tulisannya pun beragam, dari soal politik, sosial, sastra, dan tentu saja agama.

Dia pernah mengangkat soal puisi yang ditulis oleh anak-anak di bawah usia 15 tahun yang dimuat majalah Zaman.

Kata Gus Dur, anak-anak itu ternyata lebih jujur dalam mengungkapkan keinginannya. Enggak percaya? Gus Dur membacakan puisi yang dibuat Zul Irwan

Tuhan …
berikan aku mimpi malam ini
tentang matematika
yang diujikan besok pagi

29. Telepon Menteri Agama
Gus Dur dari ruang kerjanya menelepon Menteri Agama di kantornya.
Kebetulan yang mengangkat telepon di kantor Menteri Agama adalah seorang staf menteri.

Dialognya demikian :

Gus Dur : Hallo, saya mau bicara dengan Menteri Agama

Staf Departemen Agama : Ini siapa ?

Gus Dur : Saya Abdurrahman Wahid

Staf Departemen Agama : Abdurrahman Wahid siapa ?

Gus Dur : Presiden...................!!!!!!!!!!!
30. Dua Gus
Kekritisan Gus Dur terhadap pemerintah Orde Baru mengakibatkan ia "dikucilkan." Gus Nun sering ngomong pedas, maka dianggap musuh pemerintah juga .

Tapi , kata Gus Dur, di acara jamuan makan malam bersama tamu-tamunya, sebenarnya ada satu "Gus" lagi yang tidak disukai pemerintah .

Para tamu pun penasaran, dan menunggu Gus siapa lagi gerangan yang dimaksud .

"Gusmao...," ungkap Gus Dur menyebut nama belakang Kay Rala Xanana (sekarang Presiden Timor Leste), pemimpin Fretilin yang saat itu masih di penjara.



31. Hanya tiga bangsa yang mendarat di bulan
Pernah dalam wawancara di televisi Gus Dur bertanya kepada pewawancara: “Orang dari bangsa apa saja yang telah sampai ke bulan?” Jawab si pewawancara, “Jelas orang Amerika, dong!” Gus Dur bertanya lagi, “Bangsa apa lagi yang lain?” Si pewawancara terdiam tidak tahu.

Jawab Gus Dur. “Ada tiga bangsa yang telah mendarat di bulan. Pertama, jelas orang Amerika yang mendarat di bulan dengan pesawat Apollo. Kedua, orang RRC karena jumlah penduduknya yang terbanyak di dunia. Mereka sepakat satu per satu naik di pundak terus sampai ke atas dan akhirnya mencapai bulan. Ketiga, orang Indonesia. Mengapa ? Karena orang Indonesia paling doyan seminar. Kertas-kertas seminar ditumpuk begitu banyak dan saking banyaknya akhirnya sampai ke bulan.”


32. Guyon dengan Fidel Castro
Gus Dur lalu bercerita pada pemimpin Kuba, Fidel Castro, bahwa ada 3 orang tahanan yang berada dalam satu sel. Para tahanan itu saling memberitahu bagaimana mereka bisa sampai ditahan itu.

Tahanan pertama bercerita, “Saya dipenjara karena saya anti dengan Che Guevara.” Seperti diketahui Che Guevara memimpin perjuangan kaum sosialis di Kuba.

Tahanan kedua berkata geram, “Oh kalau saya dipenjara karena saya pengikut Che Guevara!” Lalu mereka berdua terlibat perang mulut. Tapi mendadak mereka teringat tahanan ketiga yang belum ditanya.

“Kalau kamu kenapa sampai dipenjara di sini?” tanya mereka berdua kepada tahanan ketiga.
Lalu tahanan ketiga itu menjawab dengan berat hati, “Karena saya Che Guevara…”
Fidel Castro pun tertawa tergelak-gelak mendengar guyonan Gus Dur tersebut.

33. Radio Islami
Seorang Indonesia yang baru pulang menunaikan ibadah haji terlihat marah-marah.

“Lho kang, ngopo ngamuk-ngamuk mbanting radio? (Kenapa ngamuk-ngamuk membanting radio?)” tanya kawannya penasaran.

“Pembohong! Gombal!” ujarnya geram. Temannya terpaku kebingungan.

“Radio ini di Mekkah tiap hari ngaji Alquran terus. Tapi di sini, isinya lagu dangdut thok. Radio begini kok dibilang radio Islami.”

“Sampean (Anda) tahu itu radio Islami dari mana?”

“Lha…, itu bacaannya all-transistor. Kan pakai AL."
34. Lupa Tanggal Lahir
Gus Dur, nama lengkapnya adalah Abdurrahma Al-Dakhil. Dia dilahirkan pada hari Sabtu di Denanyar, Jombang, Jawa Timur. Ada rahasia dalam tanggal kelahirannya. Gus Dur ternyata tidak tahu persis tanggal berapa sebenarnya dia dilahirkan.

Sewaktu kecil, saat dia mendaftarkan diri sebagai siswa di sebuah SD di Jakarta, Gus Dur ditanya, " Namamu siapa Nak?" "Abdurrahman," jawab Gus Dur.

"Tempat dan tanggal lahir?' "Jombang ...," jawab Gus Dur terdiam beberapa saat.
"Tanggal empat, bulan delapan, tahun 1940," lanjutnya

Gus Dur agak ragu sebab dia menghitung dulu bulan kelahirannya. Gus Dur hanya hapal bulan Komariahnya, yaitu hitungan berdasarkan perputaran bulan. Dia tidak ingat bulan Syamsiahnya atau hitungan berdasarkan perputaran matahari.

Yang Gus Dur maksud, dia lahir bulan Syakban, bulan kedelapan dalam hitungan Komariah. Tetapi gurunya menganggap Agustus, yaitu bulan delapan dalam hitungan Syamsiah.

Maka sejak itu dia dianggap lahir pada tanggal 4 Agustus 1940. Padahal sebenarnya dia lahir pada 4 Syakban 1359 Hijriah atau 7 September 1940.


35. Santri Dilarang Merokok
"Para santri dilarang keras merokok!" begitulah aturan yang berlaku di semua pesantren, termasuk di pesantren Tambak Beras asuhan Kiai Fattah, tempat Gus Dur pernah nyantri. Tapi, namanya santri, kalau tidak bengal dan melanggar aturan rasanya kurang afdhol.

Suatu malam, tutur Gus Dur, listrik di pesantren itu tiba-tiba padam. Suasana pun jadi gelap gulita. Para santri ada yang tidak peduli, ada yang tidur tapi ada juga yang terlihat jalan-jalan mencari udara segar.

Di luar sebuah rumah, ada seseorang sedang duduk-duduk santai sambil merokok. Seorang santri yang kebetulan melintas di dekatnya terkejut melihat ada nyala rokok di tengah kegelapan itu.

"Nyedot, Kang?" sapa si santri sambil menghampiri "senior"-nya yang sedang asyik merokok itu. Langsung saja orang itu memberikan rokok yang sedang dihisapnya kepada sang "yunior". Saat dihisap, bara rokok itu membesar, sehingga si santri mengenali wajah orang tadi tak lain gurunya.

Saking takutnya, santri itu langsung lari tunggang langgang sambil membawa rokok pinjamannya. "Hai, rokokku jangan dibawa !" teriak Kiai Fatta.
6:12 AM | 0 comments | Read More

Humor Gus Dur PArt 4


17. Panglima Angkatan Laut
Suatu ketika Gus Dur bercerita, Panglima AL Paraguay berkunjung ke negara Brasil. Dalam kunjungan itu menemui Panglima AL Brasil. Salah seorang staf AL Brasil yang ikut menemuinya bertanya seenaknya ke Panglima Paraguay. "Negara bapak itu aneh ya. Tidak punya laut, tapi punya panglima seperti bapak."

Dengan kalem sang tamu pun menanggapi, "Negeri Anda ini juga aneh, ya. Hukumnya tidak berjalan, tapi merasa perlu mengangkat seorang menteri kehakiman."

18. Terlambat dicabut
Ketika dibezuk Dahlan Iskan saat sakit Gus Dur bertanya,”Apa bedanya sakit gigi, orang hamil dan rumput panjang. Dia lantas menjawan sendiri. "Penyebab sakit gigi itu sama dengan penyebab orang hamil dan sama juga dengan penyebab mengapa rumput sempat tumbuh tinggi," kata Gus Dur. "Yaitu sama-sama terlambat dicabut."

19. Anak Satu Masuk kristen
Gus Dur bercerita lagi kepada Dahlan. Seorang kiai datang mengeluh kepada Gus Dur karena satu di antara empat anaknya masuk Kristen. Sang kiai sambat. Dengan enteng, Gus Dur menjawab, "Sampeyan jangan mengeluh kepada Tuhan. Nanti Tuhan akan bilang, saya saja punya anak satu-satunya masuk Kristen!"


20. Presiden Filipina
Di lain waktu Gus Dur bercerita soal kekuasaan presiden yang terlalu lama. Katanya, seorang presiden Filipina punya tiga anak. Merasa ayah mereka adalah orang nomor satu di negerinya, anak-anak presiden pun lantas bertingkah neko-neko.

Anak kedua presiden ingin mencari popularitas dengan menyebarkan jutaan lembar uang kertas pecahan 5 peso dari sebuah pesawat terbang. Kakaknya tak mau kalah pamor. Dengan pesawat yang digunakan adiknya sebelumnya, sang kakak menyebarkan jumlah uang jauh lebih banyak dari adiknya.

Anak perempuan presiden juga ingin populer, tapi tidak mau meniru cara yang dilakukan oleh kedua kakaknya. Karena bingung, ia pun bertanya kepada pilot pesawat yang ikut menyebarkan uang bersama dua kakaknya itu.

“Mas kapten, aku ingin populer seperti dua kakakku sebelumnya, tapi tindakan populer apa yang bisa membahagiakan rakyat?”

“Gampang sekali: Buang saja ayah nona dari atas pesawat.”

21. Tukang Becak
Saat menjadi Presiden, Gus Dur pernah bercerita kepada Menteri Pertahanan Mahfud MD tentang orang Madura yang katanya banyak akal dan cerdik. Ceritanya ada seorang tukang becak asal Madura yang pernah dipergoki oleh polisi ketika melanggar rambu “Becak dilarang masuk”. Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada rambu gambar becak disilang dengan garis hitam yang berarti jalan itu tidak boleh dimasuki becak.

“Apa kamu tidak melihat gambar itu? Itu kan gambar becak tak boleh masuk jalan ini,” bentak Pak polisi. “Oh saya melihat pak, tapi itu kan gambarnya becak kosong tidak ada pengemudinya. Becak saya kan ada yang mengemudi, tidak kosong berarti boleh masuk,” jawab si tukang becak.

“Bodoh, apa kamu tidak bisa baca ? Di bawah gambar itukan ada tulisan bahwa becak dilarang masuk,” bentak Pak polisi lagi.

“Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalau saya bisa membaca maka saya jadi polisi seperti sampeyan, bukan jadi tukang becak begini,” jawab si tukang becak sambil cengengesan.

22. Turis Jepang
Di luar Hotel Hilton, Gus Dur bersama sahabatnya yang seorang turis Jepang mau pergi ke Bandara. Mereka naik taksi di jalan, tiba-tiba saja ada mobil kencang banget, menyalip taksi tersebut. Dengan bangga si Jepang berteriak, “Aaaah Toyota made in Japan sangat cepat…!”

Enggak lama kemudian mobil lain nyalip juga taksi tersebut. Si Jepang teriak lagi “Aaaah Nissan made ini Japan sangat cepat.” Enggak lama kemudian lewat lagi satu mobil menyalip mobil tersebut dan si Jepang teriak lagi “Aaaah Mitsubishi made in Japan sangat cepat…!” Gus Dur dan sopir taksi itu merasa kesal melihat si Jepang ini bener-bener nasionalis.Kemudian, sesampainya di bandara, sopir taksi bilang ke si Jepang.

Supir taksi : “100 dolar please…”
Si Jepang : 100 dolars…?! Ini tidak jauh dari hotel."
Gus Dur : “Aaaah… Argometer made ini Japan kan sangat cepat sekali!!”

23. Pelari Suriah
Gus Dur lalu bercerita tentang peristiwa yang pernah terjadi di Suriah. Pada waktu Olimpiade beberapa tahun yang lalu, tuturnya, kebetulan pelari asal Suriah merebut medali emas. Sang pelari mampu memecahkan rekor tercepat dari pemenang sebelumnya, bahkan selisih waktunya pun terpaut jauh.

Maka, dia langsung dikerubuti wartawan karena punya nilai berita yang sangat tinggi.

“Apa sih rahasia kemenangan anda?” tanya wartawan.

“Mudah saja,” jawab si pelari Suriah, enteng, “Tiap kali bersiap-siap akan start, saya membayangkan ada serdadu Israel di belakang saya yang mau menembak saya.”

24. Gus Dur Diplintir Media
Gus Dur, dalam satu acara peluncuran biografinya, menceritakan tentang kebiasan salah kutip oleh media massa atas berbagai pernyataan yang pernah dikeluarkannya.

Dia mencontohkan, ketika berkunjung ke Sumatera Utara ditanya soal pernyataan Menteri Senior Singapura Lee Kuan Yew tentang gembong teroris di Indonesia. Gus Dur mengatakan, pada saatnya nanti dia akan mengajarkan demokratisasi di Singapura.

Namun, media massa mengutip dia akan melakukan demo di Singapura. Walah-walah... gitu aja kok repot!


25. Peluru Habis

Ini cerita Gus Dur tentang situasi Rusia, tidak lama setelah bubarnya Uni Soviet. Sosialisme hancur, dan para birokrat tidak punya pengalaman mengelola sistem ekonomi pasar bebas. Di masa sosialisme, memang rakyat sering antre untuk mendapatkan macam-macam kebutuhan pokok, tapi manajemennya rapi, sehingga semua orang kebagian jatah. Sekarang, masyarakat tetap harus antre, tapi karena manejemennya jelek, antrean umumnya sangat panjang, dan banyak orang yang tidak kebagian jatah.

Begitulah, seorang aktivis sosial berkeliling kota Moskow untuk mengamati bagaimana sistem baru itu bekerja. Di sebuah antrean roti, setelah melihat banyaknya orang yang tidak kebagian, aktivis itu menulis di buku catatannya, “roti habis.”

Lalu dia pergi ke antrean bahan bakar. Lebih banyak lagi yang tak kebagian. Dan dia mencatat “bahan bakar habis!”, kemudian dia menuju ke antrean sabun. Wah pemerintah kapitalis baru ini betul-betul brengsek, banyak sekali masyarakat yang tidak mendapat jatah sabun. Dia menulis besar-besar “SABUN HABIS!”.

Tanpa dia sadari, dia diikuti oleh seorang intel KGB. Ketika dia akan meninggalkan antrean sabun itu, si intel menegur “Hey bung! dari tadi kamu sibuk mencatat-catat terus, apa sih yang kamu catat?”.

Sang aktivis menceritakan bahwa dia sedang melakukan penelitian tentang kemampuan pemerintah dalam mendistribusikan barang bagi rakyat .

“Untung kamu ya, sekarang sudah jaman reformasi”, ujar sang intel, “Kalau dulu, kamu sudah ditembak”.

Sambil melangkah pergi, aktivis itu mencatat, “Peluru juga habis!!!




26. Ho…. Oh

Seorang ajudan Presiden Bill Clinton dari Amerika Serikat sedang jalan-jalan di Jakarta. Karena bingung dan tersesat, dia kemudian bertanya kepada seorang penjual rokok. "Apa betul ini Jalan Sudirman?" "Ho oh," jawab si penjual rokok.

Karena bingung dengan jawaban tersebut, dia kemudian bertanya lagi kepada seorang Polisi yang sedang mengatur lalu lintas. "Apa ini Jalan Sudirman?" Polisi menjawab, "Betul."

Karena bingung mendapat jawaban yang berbeda, akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur yang waktu itu kebetulan melintas bersama ajudannya. "Apa ini Jalan Sudirman?" Gus Dur menjawab "Benar."

Bule itu semakin bingung saja karena mendapat tiga jawaban yang berbeda. Lalu akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur lagi, mengapa waktu tanya tukang rokok dijawab "Ho oh," lalu tanya polisi dijawab "betul" dan yang terakhir dijawab Gus Dur dengan kata "benar."

Gus Dur tertegun sejenak, lalu dia berkata, "Ooh… begini, kalau Anda bertanya kepada tamatan SD maka jawabannya adalah ho oh, kalau yang bertanya kepada tamatan SMA maka jawabannya adalah betul. Sedangkan kalau yang bertanya kepada tamatan Universitas maka jawabannya benar."

Ajudan Clinton itu mengangguk dan akhirnya bertanya, "Jadi Anda ini seorang sarjana?"

Dengan spontan Gus Dur menjawab, "Ho ... oh!"
6:10 AM | 0 comments | Read More

Humor Gus Dur PArt 3


12. Iklan Gratis
Ucapan ini menjadi trademark tersendiri, sehingga ucapan ini pula yang ditiru oleh Gus Pur dalam acara Republik Mimpi. Saat ditanya Andy F Noya dalam acara Kick Andy, perihal peran yang dilakoni Handoyo.

Andy F Noya bertanya, "Apakah Dr. Handoyo pernah minta izin langsung kepada Anda untuk menjadi Gus Pur dalam Republik Mimpi?"

"Abis gimana lagi, yah anggep saja sudah. Itung-itung advertensi (iklan) gratis," katanya disambut gelak tawa penonton.

Bahkan ketika ditanya lebih ganteng siapa antara Gus Dur dan Gus Pur. Gus Dur mengatakan Handoyo seperti iklan film foto yang bermoto "seindah warna aslinya", tapi Gus Dur memplesetkannya menjadi, "lebih indah dari warna aslinya," kata Gus Dur


13. Kuli Cecok
Diceritakan Gus Dur, saat rombongan jamaah haji NU dari Tegal tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah Arab Saudi. Langsung saja, kuli-kuli dari Yaman berebutan untuk mengangkut barang-barang yang mereka bawa. Akibatnya, dua orang di antara kuli-kuli itu terlibat percekcokan serius dalam bahasa Arab. Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut spontan merubung mereka, sambil berucap: Amin, Amin, Amin!

Gus Dur yang sedang berada di bandara itu menghampiri mereka: "Lho kenapa Anda berkerumun di sini?" "Mereka terlihat sangat fasih berdoa, apalagi pakai serban, mereka itu pasti kyai”. Guyonan yang membuat kami tertawa disela-sela kami sebagai wartawan mewawancarainya.

14. Fidel Castro Pun Terpingkal
KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dikenal sebagai sosok humoris. Saat menjadi presiden pun sifat itu tak hilang sampai-sampai membuat Presiden AS, Bill Clinton, terbahak-bahak Begitu juga ketika berkunjung ke Kuba, gurauan Gus Dur sempat membuat Fidel Castro yang bertampang sangar itu tertawa.

Ketika ke Kuba, Gus Dur memancing tawa dengan gurauan, yaitu :

“Semua presiden Indonesia punya penyakit gila”
Presiden pertama Bung Karno, ujar Gus Dur, gila wanita. Presiden kedua Soeharto gila harta, presiden ketiga Habibie benar-benar gila ilmu. Sedangkan Gus Dur sendiri sebagai presiden keempat sering membuat orang gila karena yang memilihnya juga orang-orang gila.

Sebelum tawa Castro reda, Gus Dur langsung bertanya. "Yang Mulia Presiden Castro termasuk yang mana?" Castro menjawab sambil tetap tertawa, "Saya termasuk yang ketiga dan keempat."

15. Gus Dur Wisatawan
Ketika mengunjungi Habibie di Jerman, oleh orang dekat Habibie, Gus Dur diminta mengulangi cerita lucunya dengan Castro itu. Merasa tak enak untuk menyebut Habibie benar-benar gila atau gila beneran, Gus Dur memodifikasi cerita tersebut. Kepada Habibie, dia mengatakan, dirinya bercerita kepada Castro bahwa presiden Indonesia hebat-hebat. Kata Gus Dur, Presiden Soekarno negarawan, Presiden Soeharto seorang hartawan, Presiden Habibie ilmuwan, sedangkan Gus Dur wisatawan.

16. Bandara Abdurrahman Wahid
Kisah lucu lainnya saat menghadiri acara di Malang. Gus Dur ditunggu banyak orang. Banser yang selalu sibuk bila Gus Dur di daerah juga memantau melalui HT yang selalu digenggamnya. Salah seorang anggota Banser berada di Bandara Abdurrahman Saleh, Malang. Ia senantiasa melaporkan perkembangan di sana setiap saat.

Begitu pesawat yang ditumpangi Gus Dur mendarat, dia senang bukan main. Maka dengan penuh semangat dia langsung melapor ke panitia lokasi acara, melalui HT nya. Karena begitu bersemangat diapun gugup tak karuan. "Halo, kontek, kontek! Kiai Abdurrahman Saleh sudah mendarat di Bandara Abdurrahman Wahid," katanya. Tentu saja panitia yang menerima laporannya kaget dan sekaligus tertawa.
Yaah..kebalik.
6:09 AM | 0 comments | Read More

Humor Gus Dur PArt 2


6. Humor Polisi
Humor lain yang diingat banyak orang adalah kritikan dalam bentuk lelucon yang dolintarkan saat banyak pihak mempertanyakan moralitas polisi, yang masih bisa berlaku dengan saat sekarang walaupun humor ini dilontarkannya setahun silam.

"Polisi yang baik itu cuma tiga. Pak Hugeng almarhum bekas Kapolri, patung polisi dan polisi tidur," selorohnya.

7. Humor Umat Beragama
Guyonan lainnya dilontarkan Gus Dur saat menghadiri "Seminar wawasan kebangsaan Indonesia" di Batam. Di hadapan 100 pendeta dari seluruh propinsi Kepri, Gus Dur menjelaskan kebersamaan harus diawali dengan sikap berbaik hati terhadap sesama.

"Oleh karena itu seluruh umat bertanggungjawab atas masa depan bangsa. Boleh berantem satu sama lain tapi keselamatan bangsa tetap diutamakan," kata Gus Dur disambut tawa peserta.

8. Humor DPR
Dia juga sempat melontarkan guyonan tentang prilaku anggota DPR RI. Sempat menyebut mereka sebagai anak TK, Gus Dur pun berseloroh anggota DPR sudah "turun pangkat" setelah ricuh dalam sidang paripurna pembahasan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) pada 2004 silam.
"DPR dulu TK sekarang playgroup," kata Gus Dur di kediamannya di Ciganjur, Jakarta, Selatan, Kamis (17/03), ketika menjawab pertanyaan wartawan tentang kejadian di DPR saat sidang Rabu (16/03).

9. Humor Jihad
Bahkan saat menanggapi aksi jihad yang dilakukan oleh banyak warga Muslim yang percaya kematiannya akan "menjamin" tempat di surga, Gus Dur malah kembali melemparkan leluconnya.

"Gus, betulkah para pengebom itu mati syahid dan bertemu bidadari di surga?" tanya seorang wartawan kepada Gus Dur.

Gus Dur pun menjawab, "Memangnya sudah ada yang membuktikan ? Tentu saja belum kan, ulama maupun teroris itu kan juga belum pernah ke surga. Mereka itu yang jelas bukan mati syahid tapi mati sakit. Dan kalau pun mereka masuk surga, mereka akan menyesal bertemu bidadari, karena kepalanya masih tertinggal di dunia dan ditahan oleh polisi."

10. Humor Ziarah
Mungkinkah Gus Dur benar-benar percaya pada isyarat dari makam-makam leluhur? Kelihatannya dia memang percaya, sebab Gus Dur selalu siap dengan gigih dan sungguh-sungguh membela "ideologi"nya itu. Padahal hal tersebut sering membuat repot para koleganya.
Tapi, ini mungkin jawaban yang benar, ketika ditanya kenapa Gus Dur sering berziarah ke makam para ulama dan leluhur.

"Saya datang ke makam, karena saya tahu. Mereka yang mati itu sudah tidak punya kepentingan lagi," katanya.

11. Gitu Aja Kok Repot
Selain humornya, Gus Dur juga dikenal dengan jawabannya yang menyederhanakan pemikiran masyarakat yang terkadang berbelit-belit. Dia kerap kali menjawab, "Gitu aja kok repot."

Seperti saat dia memberikan tanggapan perihal pernyataan Probosutedjo perihal kebenaran kondisi Soehrato yang sakit. Saat itu (2 Maret 2000), Gus Dur mengaku tidak diijinkan bertemu dengan Soherto.

Gus Dur mengakui, dari pihaknya tidak ada masalah sama sekali untuk mengunjungi Soeharto, dan pintunya selalu terbuka. "Perkara saya pergi dengan siapa tidak masalah. Dengan Marzuki Darusman atau kalau perlu seluruh kabinet saya bawa. Begitu saja kok repot-repot," katanya.
Jawaban yang sama juga dilontarkan cucu pendiri NU itu saat menanggapi tuntutan Fron Pembela Islam (FPI).

"Jangan takut dan khawatir, tenang-tenang saja. Gitu aja kok repot."
6:06 AM | 0 comments | Read More

Humor Gus Dur PArt 1


1. Humor Pesantren

Selain dikenal sebagai tokoh pluralis, mantan Presiden Kiai Haji Abdurrahman Wahid atau Gus Dur juga dikenal sebagai sosok yang humoris. Banyak celetukan, guyonan, dan tanggapannya atas peristiwa dan masalah pelik membuat masyarakat yang keningnya berkerut, dengan refleks menarik ujung bibir dan membentuk seulas senyuman.

Bahkan Suatu saat, ketika ditanya tentang "hobinya" ini, bagi Gus Dur, humor sudah menjadi makanan sehari-harinya.

"Gus, kok suka humor terus sih?" tanya seseorang, yang kagum karena humor Gus Dur selalu berganti-ganti.

"Di pesantren, humor itu jadi kegiatan sehari-hari," jelasnya. "Dengan lelucon, kita bisa sejenak melupakan kesulitan hidup. Dengan humor, pikiran kita jadi sehat," sambungnya.

2. Prof
Gus Dur bercerita bahwa ada temannya dari kampung terpilih sebagai anggota DPR. Setelah di DPR, teman-temannya memanggil dia dengan sebutan 'prof'. Teman Gus Dur itu jelas heran bukan kepalang. Sebab, dia tidak pernah mengajar, bukan dosen, tapi kok selalu dipanggil 'prof'.

"Setelah dicek ke sana-sini, ternyata prof yang dimaksud oleh teman-temannya itu bukan profesor. Tapi, provokator," kata Chandra menirukan Gus Dur. Chandra pun dibuat Gus Dur terpingkal-pingkal dengan lelucon itu.


3. Imam dan Da’i
Di berbagai forum, Gus Dur memang sering memunculkan guyonan-guyonan yang membuat orang-orang tertawa. Dalam acara KickAndy! yang pernah disiarkan MetroTV, Gus Dur juga pernah memunculkan lelucon.

"Coba saya tanya, adakah dalil yang membolehkan seorang dai menangkap seorang imam? Tapi, ini benar-benar terjadi di Indonesia. Dai yang menangkap itu adalah Da'i Bachtiar (Kapolri saat itu-Red) dan yang ditangkap adalah Imam Samudra," kata Gus Dur terkekeh.

4. Lelucon Gus Dur Soal Zarima

Bukan Gus Dur kalau tidak bisa membuat lelucon segar. Mau tahu apa doa yang ternyata begitu membekas di hati Gus Dur? Bukan minta didoakan agar bisa jadi presiden lagi atau doa agar kesehatannya cepat pulih.

Doa yang membuat dirinya terkesan adalah doa yang disampaikan seorang kyai agar anak artis Zarima, bisa segera bertemu bapak kandungnya. Gus Dur pun bercerita, dalam satu pertemuan bersama seorang kiai lain di Jatim, yang tidak disebutkan namanya, keduanya saling mempersilakan untuk memimpin doa. "Silakan sampeyan saja yang mimpin doa, saya ikut mengaminkan saja," kata Gus Dur mempersilakan kiai itu.

Maka berdoalah mereka. Dan ternyata di dalam salah satu butir doa itu terucap,"Ya Allah, mohon segera Engkau pertemukan anaknya Zarima dengan bapak kandungnya. Ya saya kemudian juga cuma bilang, 'amiin'. ," tutur Gus Dur disambut tawa hadirin. Gus Dur tidak menjelaskan apa maksudnya


5. Humor NU

Seperti saat menggambarkan fanatisme orang NU, bagi Gus Dur, ada tiga tipe orang NU. "Kalau mereka datang dari pukul tujuh pagi hingga jam sembilan malam, dan menceritakan tentang NU, itu biasanya orang NU yang memang punya komitmen dan fanatik terhadap NU," jelasnya tentang jenis yang pertama.

Jenis yang kedua adalah mereka yang meski sudah larut malam, sekitar jam dua belas sampai jam satu malam, namun masih mengetuk pintu Gus Dur untuk membicarakan NU, Itu namanya orang gila NU. "Tapi kalau ada orang NU yang masih juga mengetuk pintu rumah saya jam dua dinihari hingga jam enam pagi, itu namanya orang NU yang gila," kata Gus Dur sambil terkekeh saat itu.
5:52 AM | 0 comments | Read More

KH Abdurrahman Wahid : Susah Menghadapi Orang Salah Paham

Agama akan menjadi rahmat jika ia datang kepada manusia untuk kepentingan kemanusiaan. Tapi kalau untuk kepentingan manusianya sendiri, dan bukan untuk memenuhi kepentingan kemanusiaan, itu bukan agama namanya. Itu penggunaan agama yang salah.


Benturan antar ”kebenaran” terjadi saat orang-orang berani mengambil-alih jabatan Tuhan, fungsi Tuhan, dan kerjaan Tuhan. Padahal, dalam ajaran tauhid, urusan kebenaran adalah hak prerogratif Tuhan. Demikian refleksi KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagaimana dituturkannya berulang-ulang kepada Kajian Islam Utan Kayu (KIUK) di Radio 68H, Jakarta.


Keberagamaan umat Islam saat ini sering dikaitkan dengan radikalisme dan kekerasan. Apa yang salah menurut Gus Dur?
Saya rasa persoalannya adalah ketidakmengertian. Mereka yang melakukan kekerasan itu tidak mengerti bahwa Islam tidaklah terkait dengan kekerasan. Itu yang penting. Ajaran Islam yang sebenar-benarnya—saya tidak memihak paham mana pun, baik Ahlus Sunnah, Syi’ah, atau apapun—adalah tidak menyerang orang lain, tidak melakukan kekerasan, kecuali bila kita diusir dari rumah kita. Ini yang pokok. Kalau seseorang diusir dari rumahnya, berarti dia sudah kehilangan kehormatan dirinya, kehilangan keamanan dirinya, kehilangan keselamatan dirinya. Hanya dengan alasan itu kita boleh melakukan pembelaan. 

Bagaimana cara menanggulangi radikalisme itu, Gus?
Ya, kita tidak boleh berhenti menekankan bahwa Islam itu agama damai. Dalam Alquran, ajaran tentang itu sudah penuh. Jadi, kita tidak usah mengulang-ulang (pernyataan) lagi bahwa Islam itu damai dan rasional. Hanya saja, memang ada sisi-sisi lain dari Islam yang kurang rasional. Tapi kalau dipikir-pikir lagi secara mendalam, jangan-jangan itu rasional juga. Jadi dengan begitu, kita tidak boleh serta-merta memberikan judgement, pertimbangan, penilaian. Jangan! Kita harus benar-benar tahu latar belakang mengapa seseorang melakukan kekerasan. Tapi biasanya, yang pura-pura (Islam) itulah yang paling keras. 

Menentang pemerintahan yang zalim, yang menyengsarakan rakyat, apakah bisa disebut jihad, Gus?
Sekarang kita tetapkan dulu: pengertian jihad itu apa? Jihad adalah berperang di jalan Allah. Kalau tidak begitu, ya, berarti jihad dalam pengertian lain. Ada banyak macam jihad, yaitu jihad ashghar (terkecil), shâghîr (kecil), kabîr (besar), dan akbar (terbesar). Ayatullah Khomaini pernah mengatakan bahwa jihad ashghar, atau jihad yang terkecil adalah menegakkan keadilan. Tapi itu tergantung niat Anda juga.
Kalau niat Anda berjihad kecil hanya untuk merobohkan pemerintahan, hasilnya ya, merobohkan pemerintahan saja. Di sini kita bisa kiaskan dengan ungkapan Alquran yang menyebutkan itu tergantung pada orangnya. Kalau seseorang mau hijrah karena Allah dan utusan-Nya, maka hijrahnya akan sampai kepada Allah dan utusan-Nya. Tapi kalau hijrahnya demi harta benda atau perempuan yang akan dinikahi, ya, hijrahnya akan sampai pada apa yang akan dia hijrai itu.
Sama saja dengan cara kita dalam menilai jihad. Luarnya bisa saja seperti jihad; tapi dalamnya kita nggak tahu. Makanya jangan gegabah dalam soal ini. Nggak gampang (menilainya, Red). 

Bagaimana menentukan sikap Islam yang benar dalam kompleksitas kehidupan dunia ini?
Sikap Islam yang benar adalah sikap yang sesuai dengan ajaran pokok Islam. Ajaran pokok Islam ialah: Tuhan itu satu. Jadi kita dituntut untuk mematuhi ajaran Tuhan, saling kasih mengasihi, dan sebagainya. Kita harus saling kasih mengasihi antarmanusia. Kalau mau lebih disempurnakan, ya silahkan. Itu kan urusan masing-masing. Tapi kalau ada orang yang berpendirian lain, ya nggak apa-apa juga. 

Mana yang lebih baik antara undang-undang buatan manusia dengan apa yang sering disebut ”hukum Tuhan” oleh sebagian aktivis Islam selama ini?
Yang perlu dilihat itu segi pemakaiannya, jangan bikinannya. Quran itu memang bikinan Tuhan, dan kita pakai pada saatnya. Sedangkan undang-undang dasar itu buatan manusia, dan kita pakai juga pada tempatnya. Dalam kehidupan bernegara, kita pakai undang-undang dasar. Dalam kehidupan bermasyarakat kita menggunakan undang-undang Alqur’an. Begitu saja kok nggak tahu?!
Nah, merupakan kewajiban pemimpin Islam untuk menjelaskan itu supaya jangan ada kekeliruan. Undang-undang dasar itu memang buatan manusia; jadi kapan saja mau diubah, ya bisa saja. Kalau Alquran, penafsirannyalah yang dari waktu ke waktu berubah; dan itu juga diakui oleh Alquran sendiri. 

Bagaimana Gus Dur menafsirkan ungkapan Alquran innaddîna ‘indalLâhil islâm?
Artinya begini: sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah adalah Islam. Tapi itu kan katanya orang Islam, toh?! Ya sudah, selesai! Itu kan juga kata kitab sucinya orang Islam. Makanya, kalau orang Islam bilang begitu, ya pantas-pantas saja. Sama saja ketika agama lain mengatakan “Ikutilah aku!” Itu kata Yesus. Nah, soalnya tinggal kita ikuti atau tidak. Itu saja. 

Islam seperti apa yang paling utama bagi Gus Dur?
Yang paling utama bukan Islam golongan, tapi orang Islam. Ingat loh, antara institusi agama dengan manusianya itu berbeda. Perbedaannya sangat jauh; ada yang ikhlas, ada yang cari pangkat, cari kedudukan, cari kekayaan, dan lain sebagainya. Jadi, sangat susah menilai dan mengatakan Islam mana yang paling baik. Saya saja nggak berani ngakui kalau Islam saya yang paling benar. Sebisa-bisanya saya jalani saja. 

Lalu bagaimana Gus Dur mendefenisikan istilah kafir?
Mengenai pengertian kafir, muballigh kayak Yusril Ihza Mahendra saja--menteri kita itu—nggak tahu. Dulu dia pernah bilang, “Saya kecewa pada Gus Dur yang terlalu dekat dengan orang kristen dan Yahudi. Padahal, Alquran mengatakan, tandanya muslim yang baik adalah asyiddâ’u`‘alal kuffâr (tegas terhadap orang-orang kafir, Red).” Terus saya balik tanya, “Yang kafir itu siapa?”
Menurut Alquran, orang Kristen dan Yahudi itu bukan kafir, tapi digolongkan sebagai ahlul kitab. Yang dibilang kafir oleh Alquran adalah ”orang-orang musyrik Mekkah, orang yang syirik, politeis Mekkah”. Sementara di dalam fikih, orang yang tidak beragama Islam itu juga disebut kafir. Itu kan beda lagi. Jadi, kita jelaskan dulu, istilah mana yang kita pakai. 

Banyak sekali soal khilafiah di dalam masyarakat dalam menafsirkan agama yang satu sekalipun. Apa kriteria perbedaan yang membawa rahmat itu, Gus?
Dulu, ada perbedaan antara Muhammadiyah dengan NU soal tarawih dua puluh tiga rekaat atau sebelas. Kan begitu?! Semua itu sama-sama boleh. Jadi, jangan ribut hanya karena masalah seperti itu. Yang harus kita selesaikan adalah masalah-masalah pokok seperti kemiskinan, kebodohan, korupsi, dan sebagainya. Tapi itu malah yang nggak pernah diurusi. Malah yang diributkan tentang shalatnya bagaimana; sebelas rekaat atau berapa. Itu kan bukan masalah yang serius?! 

Bagaimana membuat Islam sebagai rahmat, bukan malah mendatangkan laknat?
Agama akan menjadi rahmat jika ia datang kepada manusia untuk kepentingan kemanusiaan. Tapi kalau untuk kepentingan manusianya sendiri, dan bukan untuk memenuhi kepentingan kemanusiaan, itu bukan agama namanya. Itu penggunaan agama yang salah. Contohnya, perlunya agama terlibat langsung dalam isu lingkungan hidup. Itu sangat jelas, karena lingkungan hidup sangat dibutuhkan manusia untuk mengatur kehidupan.
Isu itu merupakan kebaikan yang menyangkut langsung tentang kemaslahatan hidup. Makanya, di sini kita rumuskan dengan nama keyakinan. Kalau keyakinan itu untuk kemaslahatan semua, berarti itu agama. Tapi kalau tidak, ya namanya kepentingan kelompok. Jadi harus dibedakan antara kepentingan agama secara umum dengan kepentingan kelompok.

Sekarang ini agama tampaknya hadir kembali ke ruang publik dalam bentuk partai-partai dan kelompok-kelompok sektarian. Itu makin memperkental identitas kelompok. Bagaimana tanggapan Gus Dur?
Ya, nggak apa-apa. Disebut atau tidak agamanya, sama saja. Yang penting agendanya untuk kepentingan kemanusiaan secara umum. Yang menjadi pokok, untuk kepentingan siapa dia bekerja? Kalau untuk kepentingan kelompok yang bersangkutan, itu namanya bukan agama. Bagi saya, agama itu harus hadir untuk semua golongan.
Di Alquran juga ada pengertian mengenai hal ini. Tanda-tanda atau bukti-bukti kehadiran Tuhan, adalah jika yang bersangkutan mengharapkan kerelaan Tuhan, bukan untuk dirinya sendiri. Kalau begitu, ya bukan juga demi mengharap masuk surga. Tapi karena kerelaan. Kemudian untuk kebahagiaan akhirat nanti.
Tanda-tanda kebesaran Allah itu ada dimana-mana; ada yang secara lafzi atau kata-kata, dan ada yang secara keadaan. Laqad kâna lakum fî rasûlilLâhi uswatun hasanah, liman kâna yarjulLâha wa yaumil âkhir wa dzakaralLâha katsîra (Rasulullah telah dijadikan panutan yang baik bagi orang-orang yang berharap (keridaan) Allah dan hari akhir dan mereka yang banyak-banyak mengingat Allah, Red). Itu kata Alquran. 

Mengapa ada kelompok Islam yang ingin ajaran-ajaran spesifik Islam diatur dalam hukum negara, seperti kewajiban berjilbab dan lain-lain?
Pemikiran seperti itu sebetulnya bersifat defensif. Artinya, mereka takut kalau Islam hilang dari muka bumi. Itu namanya defensif; pake takut-takutan. Sebenarnya, nggak perlu ada rasa ketakutan seperti itu. Mestinya, hanya urusan-urusan kemanusiaan yang perlu kita pegang. Adapun soal caranya, terserah masing-masing saja. Jadi orang Islam nggak perlu takut (Islam lenyap, Red).
Coba saja bayangkan: dulu Islam berasal dari komunitas yang sangat kecil. Tapi sekarang, Islam jadi agama dunia. Agama Buddha dulu juga demikian, Kristen juga demikian. Orang Kristen dulu dimakan macan; nggak bisa apa-apa. Sama rajanya diadu dengan tangan kosong, bahkan diadu dengan singa. Toh sekarang agama Kristen jadi agama yang merdeka di mana-mana.
Begitu juga dengan Islam. Jadi, tidak usah diambil pusing. Di negara Republik Rakyat Cina (RRC) yang katanya tak bertuhan, agama Konghucu atau Buddha, dalam kenyataannya tetap ada dan berkembang walau secara sembunyi-sembunyi. 

Mengapa sering terjadi benturan klaim kebenaran antar agama-agama, bahkan dalam satu rumpun agama yang sama?
Karena kita berani-beraninya mengambil alih jabatan Tuhan, fungsinya Tuhan, kerjaannya Tuhan. Emangnya kita siapa, kok berani-beraninya?! Nggak ada yang lebih tinggi dari pada yang lain. Yang lebih tinggi dan lebih besar dari segalanya hanya Tuhan

Bagaimana Gus Dur memaknai ajakan berislam secara kâffah atau total?
Islam kâffah itu maksudnya adalah Islam yang memperlakukan manusia sebagai manusia yang utuh. Jadi kalimat udkhulû fis silmi kâffah itu bukan menyangkut ajaran Islamnya, tapi soal masuknya yang kâffah. Artinya, masuk ke sana dalam perdamaian yang total. Kalau dengan kebencian atau apalah, itu nggak total namanya.
Ada yang bilang, yang tidak sudi menjalankan hukum-hukum Islam pada level negara, tidak kâffah Islamnya. Mereka dianggap kafir. Pandangan Gus Dur?
Ada hal-hal yang prinsipil dalam Islam, dan tidak semuanya lantas pantas dikafirkan. Alquran juga menyatakan bahwa “pada hari ini telah Kusempurnakan agama kalian, dan telah Kusempurnakan pemberian nikmat-Ku kepada kalian, dan Kujadikan Islam sebagai agama kalian”. Nah, kesempurnaan di situ menyangkut hal-hal yang prinsipil. Begitulah pemahamannya. Jangan kita salah paham terus.
Ada cerita tentang orang yang suka salah paham, persis seperti jemaah haji Indonesia yang bingung ketika di Mekkah. Soalnya, setiap nyegat bis, kernetnya selalu teriak-teriak: “Haram…! Haram..!” Akhirnya, dia tak mau naik, karena takut dibilang haram. Lalu dia nungguin bis sampai sore sampai mendengar yang bilang “halal...! halal...!” Kan susah menghadapi orang yang suka salah paham gitu?! Kata ”Haram” itu dia pahami sebagai sesuatu yang dilarang agama. Padahal, maksudnya adalah jurusan Masjidil Haram, hehe. 

Ada kesan umat Islam memusuhi seni rupa. Jangankan menggambar sosok nabi, menggambar makhluk bernyawa saja dikecam. Bagaiman Islam memandang seni rupa, Gus?
Dulu ada KH. Ahmad Mutamakkin dari Pati. Dia dituduh para ulama fikih di daerahnya telah mengamalkan sesuatu yang bertentangan dengan hukum Islam. Kenapa? Dia membiarkan adanya gambar gajah dan ular di tembok masjid. Lalu tuduhan bertambah: dia anti Islam, karena suka menonton wayang kulit lakon Dewa Ruci. Kata yang menuduhnya: orang Islam kok percaya dewa-dewi?!
Memangnya kenapa; untuk nonton saja nggak boleh?! Dari sana dia kan bisa mengambil teori-teori yang dia tidak cocok. Untuk itu, kita ini jangan gampang-gampang bereaksi, apalagi menganggap orang lain itu kafir. 

Bagaimana hubungan Islam dengan kebudayaan lokal Indonesia selama ini, Gus?
Antara agama Buddha dan Islam di Nusantara, banyak sekali persamaan-persamaannya. Di antaranya ketika Islam (di Indonesia, dan yang lebih khusus Islam tradisional), disebarkan lewat tradisi. Di antaranya tradisi syair yang ditempuh Sunan Kalijaga. Tembangnya sampai sekarang masih terkenal, yaitu tembang Lir Ilir. Persamaan lainnya adalah dalam hal penjagaan tradisi. Agama Islam dan Buddha sama-sama mengagungkan tradisi unggah-ungguh antara yang muda dengan yang lebih tua. Dalam hal ini, budaya-budaya timur sangat sinkron dengan kedua agama itu.
Tapi permasalahnnya, di level nasional banyak permasalahan yang tidak sepadan antara budaya-budaya timur—dalam artian budaya kerakyatan—dengan budaya Indonesia di tingkat nasional yang tampak kebarat-baratan. Misalanya masalah aurat. Bagi masyarakat pedasaan, jika berpakaian sudah rapi dengan kerudung, walau menggunakan kerudung yang transparan, itu dianggap sudah menutup aurat. Tetapi di level nasional, ada yang mengatakan itu masih belum mencapai batas maksimal penutupan aurat. Di sini timbul masalah.
Sama seperti kasus ciuman. Bagi orang-orang di level nasional, cium pipi itu sudah merupakan hal yang wajar. Tapi bagi masyarakat pedesaan, itu hal yang tidak wajar, karena salaman dengan lawan jenis saja sudah dianggap fitnah. Lalu bagaimana agama menjembatani tradisi-tradisi yang berbeda antara tradisi yang di atas dengan tradisi yang di bawah ini?
Caranya adalah dengan menjamin hak-hak orang untuk melakukan penafsiran. Jangan asal berbeda sedikit dimarahi. Gendeng, apa?! Ya, memang kita nggak bisa memaksakan hal yang lampau dengan yang sekarang, bukan hanya soal yang bawah dengan yang atas. Zamannya mbah saya dulu, pakai sarung adalah harus. Dulu, kaidah NU adalah: man tasyabbaha bi qaumin fahuwa minhum (siapa yang menyerupai sebuah kaum, dia termasuk kaum itu). Kalau pakai celana, berarti orang Barat, dong! Begitu, toh?! Tapi, sekarang kan sudah lain. Semua itu perlu peran agama untuk terus-menerus mendialogkan; mempersoalkan terus tanpa mengganggu undang-undang. 

Apa kuncinya agar usaha dan doa kita terkabul, Gus?
Kuncinya, ya ikhlas. Kalau nggak terkabul, artinya Anda nggak ikhlas. Simpel saja. Makanya Ibnu Atha' al-Iskandari penulis al- Hikam berkata, idfin wujûdaka fî ’ardlil khumûl (kuburkan dirimu dalam bumi kekosongan, Red). Maksudnya, kita harus benar-benar kosong supaya tak punya keinginan apa-apa. Susahnya, orang berdoa itu kan banyak pengennya. Ini celakanya. Makanya, kalau kita berdoa, jangan minta apa-apa; terserah Tuhan sajalah. Pokoknya yang terbaik menurut Tuhan saja. 

Apa gunanya kehendak dan doa jika segalanya sudah ditentukan Tuhan?
Dalam pandangan Islam, manusia boleh menghendaki apa saja, tetapi yang menentukan jawaban ”ya” atau ”tidak”, ya Tuhan. Ungkapan yang dikenal yaitu, “AlLâhu yurîd, wan nâs yurîd, walLâhu fa`âllun limâ yurîd” (Allah berkehendak, manusia juga berkehendak, tetapi hanya Allah yang mewujudkan apa yang Ia kehendaki). Jadi, prinsip berdoa adalah meminta kepada Tuhan supaya Dia mengabulkan.
4:16 AM | 0 comments | Read More